Sosiologi Agama Mendukung SDG 2 Tentang Tanpa Kelaparan (Zero Hunger)

Upaya Mewujudkan Masyarakat Mandiri Pangan Melalui Program Kelompok Tani Al- Hidayah, Dusun Ngembesan, Desa Wonokerto, Turi, Sleman, D.I Yogyakarta : Mendukung SDG 2 Tentang Tanpa Kelaparan (Zero Hunger)

Oleh : Widya anggraini 22105040001

Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ringkasan Eksekutif

Kelompok Tani al hidayah merupakan salah satu kelompok tani yang lahir dengan latar belakang diskriminasi oleh masyarakat mayoritas non muslim yang berada di Dusun Ngembesan, Desa Wonokerto, kecamatan turi. Dengan latar belakang yang cukup memprihatinkan tidak mematahkan semangat para masyarakat minoritas muslim untuk membangun kelompok tani di Dusun Ngembesam.

Dengan segala keterbatasan sumber daya yang di miliki masyarakat setempat serta lahan untuk pertanian mampu membudidayakan tanaman cabai secara maksimal. Kelompok tani al hidayah dalam proses pengembangannya mendapatkan bantuan serta subsidi bibit cabai yang di berikan oleh BAZNAS melalui programnya yaitu Zakat Community Development (ZCD).

Melalui ini kelompok tani al hidayah mampu mengembangkan program program yang ada di dalam struktur kelompok tani. Salah satunya budidaya tanaman cabai, juga para anggota kelompok tani al hidayah melakukan inovasi baru dengan pembuatan pupuk secara mandiri yaitu pupuk cair organik yang berbahan dasar seadanya.

Melalui pelatihan yang diberikan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), kelompok tani al hiayah juga terbuka wawasannya terkait dunia pertanian khusunya budidaya tanamaan cabai.

Dalam proses pelatihannya juga di berikan pengenalan terkait alat sensor tanah yang ber fungsi sebagai alat pendeteksi suhu, serta kelembapan yang ada pada tanah lahan pertanan. Sehingga para petani al hidayah mampu memutuskan serta mengaplikasikan tanah yang hendak di tanaami cabai.

Dalam proses pasca panen cabai para petani al hidayah memanfaatkan pasar sebagai tempat pendistributor hasil panen raya cabainya. Kelompok tanial hidayah juga menjalin kerja sama serta kemitraan yang cukup luas guna untuk mendukung kemajuan budidaya tanaman cabai.

Stategi untuk menjaga kualitas harga pasar cabai, para petani al hidayah juga memperhatikan bibit yang hendak di tanaam mulai dari tata cara yang baik budiddaya cabai, proses menyiami, hingga proses perawatan seacara baik dan berkualitas agar mendapatkan hasil panen yang siap bersaing di pasar lokal maupun luar daerah.


Latar Belakang dan Tujuan

  • Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan salah satu pondasi penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakarat dan guna mendorong pembangunan berkelanjutan.

Dusun Ngembesan, Desa Wonokerto yang berada di Kecamatan Turi, Sleman ini memiliki potensi besar dalam sektor pertanian yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. Namun, kondisi ekonomi dan keterbatasan akses terhadap Sumber Daya sering kali menjadi hambatan bagi masyarakat Dusun Ngembesan untuk mencapai kemandirian pangan.

Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat yang menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian mereka.

Berdasarkan keterangan hasil wawancara dari ketua kelompok tani Al- Hidayah, yaitu Bapak Winarto pada 10 November 2024 silam, beliau menjelaskan lahirnya Kelompok Tani Desa Ngembesan di latar belakangi karena kelompok minoritas muslim yang terdiskriminasi oleh kaum mayoritas non muslim di Desa tersebut.

Secara resmi masyarakat Dusun Ngembesan mayoritas memeluk kepercayaan agama Kristen Katolik. Sehingga rasa Superioritas tersebut muncul dan terjadinya tindakan tindakan yang mengakibatkan Diskriminasi seperti marginalisasi.

Dalam aspek sosial, mereka (kaum minoritas muslim) kesehariannya merasa aktivitas yang dilakukan nya dibatasi oleh para kaum moyoritas non muslim tersebut. Selanjutnya dalam aspek ekonomi mereka (kaum minoritas muslim) juga merasa bahwa kegiatan pemenuhan kebutuhannya dipersulit mulai dari akses untuk mereka bekerja hingga lahan pertanian yang semula menjadi alat utama dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari mereka. Dan yang terakhir terkait ibadah, mereka (kaum minoritas muslim) awalnya ditentang oleh kaum mayoritas non muslim untuk melaksanakan ibadah khusunya di masjid, dan tidak boleh menggunakan pengeras suara masjid. Perilaku tersebut menjadikan masyarakat minoritas muslim teralienasi dalam pemenuhan hak haknya.

Guna untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya, kelompok minoritas muslim lebih banyak bekerja sebagai petani dan buruh tani.

Memiliki keahliaan dalam bidang pertanian dan tidak cukup biaya untuk menyewa lahan serta hambatan pembatasan akses sumber daya oleh masyarakat mayoritas Kristen Katolik menjadikan kondisi ekonomi masyarakat minoritas muslim tidak stabil bahkan ada juga yang tidak bekerja, karena kebanyakan dari mereka hanya mengandalkan lahan pertanian untuk menyambung hidupnya. Ditambah kebanyak dari mereka (masyarakat minoritas muslim) hanya menempuh pendidikan SD. Tentu hal ini juga menjadi persoalan bagi mereka untuk mencari lowongan pekerjaan selain mengandalkan dari pertanian.

Dari hasil wawancara bersama Bapak Winarto, beliau juga memaparkan bahwasanya malalui mediasi berkali kali bersama tokoh agama dari muslim dan non muslim mendapatkan jawaban dan jalan guna mengatasi persoalan ini, di awal tahun 2019 Bapak Winarto beserta teman teman minoritas muslim yang berjumlah 11 orang memutuskan untuk membentuk Kelompok Tani yang diberi nama Al-Hidayah, harapannya kelompok tani yang dibangunnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Dengan niat dan tekat yang kuat para Kelompok tani ini optimis bisa memberikan solusi ke masyarakat sekitar guna memenuhi kebutuhan pangannya.

Memanfaatkan lahan pekarangan rumah bapak winarto serta alat dan bahan seadanaya, masyarakat minoritas muslim memulai membudidayakan tanaman cabai. Karena dirasa tanaman cabai di pasaran sangat tinggi harganya bisa untuk modal budidaya tanaman yang lain.

Di awal tahun 2022 kelompok tani Al-Hidayah mencoba membuat proposal yang diajukan ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) guna supaya ada dana tambahan serta harapan besar dari para masyarakat minoritas muslim akan adanya pelatihan pertanian.

Selang 4 bulan kemudian hal ini direalisasikan melalui Program Zakat Community Development (ZCD).

Baznas memberikan bantuan berupa pemberdayaan dengana budidaya cabai. Pemberdayaan ini mencakup pendampingan dan pelatihan petani, disewakan lahan dengan luas 7000m persegi untuk dikelola kelompok minoritas muslim. BAZNAS juga memberikan pendampingan dalam prosesnya serta didampingi oleh sahabat ZCD.

Dikutip dari Berita harian Pemkab Sleman https://web3.slemankab.go.id/sleman-ikuti-penasleman-ikuti-penanaman-budidaya-cabai-program-zcd-baznas/ Bupati Sleman, Ibu Kustini Purnomo menghadiri peresmian pembentukan kelompok tani Al-Hidayat melalui Program ZCD pada Senin, 26 September 2022 silam, adapun jumlah bibit cabai yang diberikan sejumlah 14.000 bibit. Pemberdayaan budidaya tanaman cabai ini diharapkan bisa menjadi solusi dalam masalah perekonomian masyarakat minoritas muslim Dusun Ngembesan.

  • Tujuan

Dari latar belakang yang menyoroti masyarakat minoritas muslim, kelompok tani Al-Hidayah memiliki tujuan, yang pertama program kelompok tani dibentuk guna untuk menigkatkan kemampuan masyarakat minoritas muslim yang berada di Dusun Ngembesan dalam memproduksi serta memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Diharapkan melalui program kelompok tani ini, dapat memberikan pelatihan secara khusus bagi masyarakat minoritas muslim untuk meningkatkan kualitas produk pertanian dan hasil panen pertanian.

Kedua Para Petani minoritas muslim secara tidak langsung memanfaatkan potensi sumber daya lokal seperti tanah, lahan pertanian, tenaga kerja untuk mendukung keberlanjutan pangan di Dusun Ngembesan, selain itu harapannya dapat mendukung diversifikasi tanaman pangan, agar desa lebih mandiiri dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari harinya. Serta membantu kelompok tani Al Hidayah memperoleh akses pasar yang lebih luas.

Dan yang Terakhir ketiga Guna mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, serta mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu SDG ke 2 tentang mengentaskan kelaparan, menciptakan ketahanan pangan lokal, serta mengembangkan model pertanian berkelanjutan yang dapat di replikasikan.


Deskripsi Praktik Baik atau Pembelajaran

  • Langkah Langkah Implementasi

Salah satu program dari kelompok tani Al- hidayah ini adalah Budidaya tanaman Cabai.

Melalui pelatihan yang sudah diberikan oleh BAZNAS para anggota kelompok tani Dusun Ngembesan mengaplikasikannya secara bertahap. Mulai dari edukasi tentang tata cara pengelolaan tanah sebelum penanaman bibit cabai yang baik dan benar dilanjut dengan uji coba lahan dan pelatihan budidayanya. Dalam proses penanaman cabai tentu terdapat step by step yang dilakukan para anggota kelompok tani. Berikut adalah tahapannya :

  1. Teknik Budidaya Cabai

Tanaman Cabai dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi suhu antara 15-32`C, tanah yang sesuai lempung berpasir dengan pH 5-6,8. Serta siar matahari cukup antara 6-8jam.

  1. Perlakuan Benih

Sebelum disemai, benih cabai rendam dahulu dalam air hangat (50`C) selama 30 menit lalu ditiriskan dan langsung disemai.

Persemaian yang dibuat didalam Bedengan/rak yang diberi nauangan plastik transparan, lalu benih ditanam dalam polybag dan ditutup tanah halus dan yang terakhir bibit siap tanam setelah 17-21 hari.

Penyemaian benih cabai dilakukan di dalam rumah kasa. Adapun media persemaian terdiri atas camuran tanah halus dan pupuk kandang 1:1

  1. Pembuatan Bedengan

Syarat pembuatan bedengan adalah lahan yang sudah diolah bersih dari gulma, batu batuan, dan sisa tanaman. Selanjutnya memperbaiki drainase dan aerasi tanah lapisan olah sehingga tanah menjadi gempur. Dan yang terakhir ukur pH tanah.

Lalu di lahan sawah tersebut dibuat bedengan pertanaman dengan lebar 100-120 cm, juga dibuat saluran air dengan lebar 0,5 m dan kedalaman 0,5 m dengan kondisi tanah dibiarkan satu minggu. Selanjutnya pencangkulan pertama setelah dibiarkan satu minggu diatas bedengan. Pencangkulan kedua masih sama dengan jeda satu minggu, dan yang terakhir pencangkulan ketiga dengan kurun waktu tujuh hari sebelum tanam.

  1. Pemuisaan dan Pembuatan Bang Tanah

Satu minggu kemudian tanah diatas bedengan dihaluskan dan mulsa plastik hitam perak (PHP) dipasang diatas bedengan pertanaman. Selanjutnya pemasangan mulsa PHP dilakukan setelah penenebaran pupuk oganik sebagai dasar sebelum tanam. Dan yang terakhir pembuatan lubang tanam pada mulsa PHP menggunakan alat pelubang khusus dengan jaerak tanam 50-70 cm x 40-60 cm dengan kedalamn 10 cm.

  1. Penanaman, Pemasangan ajir dan Pewiwitan

Benih cabai dalam polybag yang sudah berdaun 4-5 helai dikeluarkan lalu dimasukan kedalam lubang tanam kemudian di tutup tanah, dan sebaiknya penanaamna cabai dilakukan di sore hari.

Selanjutnya pemasangan ajir pada tanaman cabai mulai umur dua minggu setelah tanam. Dan yang terakhir pewiwitan atau disebut sebagai pembuangan tunas liar dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan

  1. Pemupukan

Diberikan jika tanaman kurang optimum pertumbuhannya. Prosedurnya NPK (15:15:15) 5 gr/200cc air dikocorkan pada tanaman cabai.

  1. Pengairan

Jumlah kebutuhan air yang diberikan trdapat dua jenis, yg pertama fase vegetatif sebanyak 200 ml dalam kurun waktu 2 hari dan yang kedua fase generatif sebanyak 400 ml dengan kurun waktu 2 hari juga. Pengairan pada tanaman cabe ii dapat dilakukan jika kondisi lahan kering dan pengairan dapat dilakukan di kocor atau di “Leb”.

  1. Cabai Panen

Tanaman cabai siap panen sekitar tujuh puluh tiga hari setelah ditanamn, selanjutnya frekuensi panen setelahnya dapat dipanen setiap 3-7 hari sekalu setelah panen pertama, tergantung pada kecepatan cabai matang. Jika dikelola dengan baik tanaman cabai dapat memberikan hasil panen mencapai 10-15 kali lebih.

  • Sumber Daya yang Digunakan

Berdasarkan data wawancara bersama Bapak Winarto Sumber daya yang digunakan kelompok tani Dusun Ngembesan ini dalam pemenuhan lahan awalnya memanfaatkan lahan pekarangan kediaman ketua kelompok tani, kemudian setelah mendapatkan subsidi bantuan dari BAZNAS disewakan lahan dengan luas 7.000 persegi yang terdapat tiga bidang lahan. Untuk biaya produksi nya sendiri ditunjang bersama antar anggota kelompok tani Al-hidayah. Dan untuk Selanjutnya menerima bantuan modal dari BAZNAS terkait program Zakat Community Development (ZCD) sejumlah 30 jt. Modal ini digunakan kelompok tani Al-Hidayah dalam proses pengembangan program kelompok tani yang sudah dibentuk. Selain itu juga digunakan untuk pelatihan secara berskala terhadap para petani petani yang ingin mengembangkan kemampuannya dalam dunia pertanian. Kelompok tani Al-hidayah dalam pengembangan pelatihan serta edukasi berkelanjutan ini memanfaatkan relasinya dengan jaringan jaringan teman teman BAZNAS sekaligus pendamping Sahabat ZCD.

  • Kerja Sama dan Kemitraan

Kelompok Tani Al-hidayah dalam menciptakan perkembangan budidaya tanaman cabai ini menjalin kerja sama yang tergolong cukup luas serta kemitraan yang mendukung kemajuan kelompok tani Al-Hidayah.

Kerja sama yang sudah dijalin dua tahun terakhir ini antara lain dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Sleman, Selanjutnya Juga bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.

Kerja sama yang lain juga merangkul teman teman mahasiswa dalam penyuksesan proyek proposalnya dengan BASNAZ Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM salah satu dari tim dibalik layar terealisasikannya program bantuan modal yang diberikan oleh Zakat Community Development (ZCD).

Untuk awal Kemitraannya sendiri kelompok tani Al-Hidayah memanfaatkan pedagang pedagang yg berjualan cabai tetap di pasar untuk membantu proses distributornya dengan para konsumen cabai, dan untuk selanjutnya kelompok tani al- hidayah mengambil strategi yang cukup meluas, yaitu kemitraan sekaligus kerja sama dengan Rumah Organik yang beralamat di Jl. Kaliurang KM 12, selanjutnya menjalin kerjasama dengan pondok pesantren BUMI CENDEKIA, dan juga menjalin kemitraan sekaligus kerja sama dengan Pondok Pesantren Mlangi.

Rencana selanjutnya kelompok tani Al-Hidayah mencoba menjalin kerja sama dan kemitraan ke luar kota, seperti Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Magelang. “Setelah akhir Desember ini, rencana kami bakal menjalin kerja sama yang lebih luas serta melihat kondisi lokasi yang merupakan berpotensi besar dalam hasil pertanian” imbuh dari Bapak Winarto selaku kepala Kelompok Tani Al-Hidayah.

Dengan menjalin kerja sama yang cukup luas harapannya kelompok tani Al- hidayah dapat berkembang lebih pesat dan bermanfaat bagi banyak kalangan.

  • Inovasi Yang Dilakukan

Melihat antusias warga minoritas muslim yang berada di Dusun Ngembesan ini menjadikan program yang dilakukan kelompok tani Al-Hidayah melaju begitu pesat. Sehingga lahir inovasi baru yang dilakukannya. Dalam meminimalisir biaya produksi penanaman cabai, para anggota kelompok tani membuat pupuk cair secara mandiri. Mereka mengelompokkan pupuk tersebut berdasarkan kegunaannya. Jenis jenis pupuk yang dihasilkan dari inovasi antar anggota kelompok tani antara lain :

  1. Pestisida Nabati

Pupuk ini diberi nama “pupuk cair lestari” dan juga pupuk ini memiliki fungsi multiguna, artinya tidak hanya tanaman cabai saja yang dapat menggunakan pupuk ini. Tetapi tanaman lainnya juga bisa menggunakan pupuk ini, seperti, bawang merah, bayam, sawi dan lainnya.

Bahan bahan yang digunakan untuk membuat pupuk nabati ini antara lain, Daun Suren sebanyak 1 kg, Daun sirsak sebanyak 1 kg, Laos sebanyak 1 kg, jahe dan sereh sebanyak 1 kg, lalu bawang putih sebanyak 0,5 kg, EM 4 sebanyak 1 liter, gula pasir ½ kg, dan yang terakhir air sebanyak 10 liter.

Untuk peralatan pembuatan pupuk nabati ada drum plastik tertutup, lalu botol aqua 1 liter, selang bangunan, alat tumbuk, telenan, gobang dan adukan.

Selanjutnya langkah langkah yang dilakukan, pertama semua bahan empon empon (laos, jahe, sereh, dll) di cacah dan di tumbuk, lalu encerkan gula pasir dalam air secukupnya tambahkan juga EM, selanjutnya masukkan bahan bahan yang sudah ditumbuk ke dalam tong plastik juga masukan campuran gula pasir dengan air dan EM 4 ke dalam tong, aduk secara merata dan tutup tetapi tutup di beri lubang se besar selang, kemudian masukkan selang lewat lubang (jangan sampai terendam), dan jangan lupa masukkan ujung selang ke botol aqua yg telah diberi air sampai ujung selang terendam, dan yang terakhir rendam se malam an dan lalu di saring.

Untuk pengaplikasiannya sendiri, pupuk nabati ini hanya 250 ml/ tangki.

  1. Mikro Organisme Local (MOL)

Inovasi ini dapat membantu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aktivitas biologis tanah, lalu juga bisa dapat membantu penguraian residu organik di tanah menjadi nutrisi yng mudah diserap oleh tanaman.

Untuk bahan utama pembuatan Mikro Organisme Local (MOL) terdapat tiga bahan pokok, yg pertama karbohidrat berupa air cucian beras, nasi bekas, singkong dan kentang, selanjutnya glukosa berupa cairan gula merah atau gula pasir, air kelapa atau nira. Dan yang terakhir sumber bakteri berupa buah buahan busuk ( seperti; nanas, mangga, pisang, dan jeruk).

Untuk alatnya sendiri ada galon aqua atau jrigen, pisau, alat tumbuk, talenan, botol aqua 1 liter, dan selang bangunan.

Langkah langkah pembuatannya yang pertama limbah buah buahan di cincang dan di haluskan dengan di tumbuk atau di blender, selanjutnya encerkan gula jawa dalam air secukupnya, kemudian masukkan buah buahan yang busuk ke dalam galon juga masukkan air bekas cucian beras, air kalapa dan larutan gula jawa yg sudah di encerkan tadi, kemudian galon di tutup di beri lubang aerasi menggunakan selang.

Dan yang terakhir cara menggunakan Mikro Organisme Local (MOL) secara bertahap dan benar, aplikasikan untuk pengomposan dengan mengencerkan Mikro Organisme Local (MOL) sebanyak 1:5 semprotan pada bahan pengomposan, kemudian penyemprotan di lakukan di pagi atau sore hari, di lakukan setiap dua minngu sekali, setiap penyemprotan sebanyak tiga puluh kali.

Selain inovasi pembuatan pupuk cair secara mandiri, kekompok tani Al-Hidayah juga membuat sengketan budidaya tanaman cabai menjadi dua macam, yang pertama lahan budidaya cabai yang dari awal menggunakan pupuk kimia, dan yang kedua lahan budidaya tanaman cabai menggunakan pupuk cair yang di produksinya sendiri. Tentu hal ini dapat menjadi media edukasi bagi anggota kelompok tani al- hidayah dan sekaligus masyarakat non muslim untuk melihat perbedaan perkembangan budidaya cabai secara langsung. Yang mana budidaya cabai yang menggunakan pupuk kimia pertumbuhannya sangat lambat dan tanamannya kurang subur, sedangkan budidaya cabai yang menggunakan pupuk cair buatan sendiri menghasilkan tanaman yang subur dan berbuah banyak. Sehingga budidaya tanaman cabai yang menggunakan pupuk cair lebih optimal dalam panen raya cabai dan mampu menghasilkan ber kilo kilo cabai segar.

Inovasi selanjutnya yang dilakukan kelompok tani al-hidayah adalah mencoba menerapkan teknologi modern dalam pengembangan budidaya tanaman cabainya.

Sensor dan Internet of Things (loT) menjadi alat inovasi yang pertama untuk memantau kelembapan tanah, juga untuk melihat suhu rata rata tanah. Dalam proses alat Sensor dan Internet of Things (loT) tentunya tidak terlepas dari bantuan teman teman mahasiswa fakultas pertanian UGM. Harapannya dengan adanya alat ini dapat membantu pengambilan kepuutusan yang lebih akurat dalam proses taanam cabai, sekaligus untuk mengetahui kebutuhan nutrisi tanaman secara real-time.

Dan yang terakhir inovasi yang di lakukan kelompok tani al-hidayah adalah menerapkan sistem penanaman tumpangsari, yaitu sitem penanaaman di mana dua atau lebih jenis tanaman ditanam pada lahan yang sama dalam waktu yang bersamaan atau juga bisa dalam waktu yang berdekatan. Tanaman lain yang ditanam bersamaan dengan cabai antara lain, seperti kacang kacangan, bawang merah, tomat, terong dan lainya. Inovasi ini dilakukan para kelompok tani al-hidayah bbertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan sekaligus meningkatkan hasil panen yang maksimal dan menciptakan ekosistem pertanian yang lebih berkelanjutan.

Peta Model Pemberdayaan

Peta konsep pemberdayaan berada di poster.

Hasil dan Dampak

  • Indikator Kinerja

Dalam Budidaya tanaman cabai yang menjadi salah satu program kelomppok tani al-hidayah tentunya terdapat indikator indikator untuk menilai keberhasilan serta efektivitas kegiatan yang berlangsung. Mulai dari tahap penanamannya hingga pasca panen.

Indikator yang pertama pada produksi tanaman cabai, dapat dikatakan berhasil jika jumlah tanaman lebih banyak menghasilkan buah di bandingkan total jumlah tanamamnya.

Proporsi tanaaman caabai yang memenuhi standart kualitas pasar juga menjadi pertimbangan para kelompok tani al-hidayah. Seperti kualitas dalam ukuran cabai, warna, tekstur dan tingkat kepedasan yang dihasilkan oleh tanaman cabai.

Berbicara mengenai tingkat kepedasan, kelompok tani al-hidayah berfokus pada budidaya tanaman cabai rawit, karena dirasa harga cabai rawit di pasaran masih stabil dan bahkan sering melonjak tinggi dari harga normalnya.

Selanjutnya mengenai indikator ekonomi, kelompok tani al-hidayah dalam pasca panen jumlah total pendapatan dari hasil penjualan cabai di kurangi biaya produksi seperti pada biaya pembelian pupuk kimia, tenaga kerja dan lainnya. Kelompok tani al-hidayah biasanya dengan lahan kurang lebih 7.000 meter dengan kurun waktu 73 hari sekali bisa menghasilkan lebih dari 5 ton cabai rawit segar. Tetapi hal ini tidak selalu stabil dalam pemanenannya. Hal ini juga di lihat dari rendahnya tingkat kerugian dari jumlah tingkat serangan hama dan penyakit selama musim tanam cabai barlangsung. Tentu untuk mengurangi kerugian tersebut para petani kelompok tani al-hidayah perlu memperhatikan indikator lingkungan lahan tanam nya. Mulai dari tingkat kesuburan tanah, dapat di lihat dari keberlangsungan pengguaan tanah setelah panen cabai, seeperti kandungan nutrisi tanah, tingkat suhu di daalam tanah dan lainnya. Efisiensi penggunaan pupuk kimia juga perlu di terapkan untuk menjaga keberlangsungan kesuburan tanah.

Indikator yang terakhir mencakup keterlibatan petani dalam pelatihan. Adanya pelatihan ber kelanjutan guna untuk menunjang tingkat partisipasi petani dalam kegiatan budidaya tanaman cabai. Pelatihan kelompok tani al-hidayah diselenggarakan 4 minggu sekali atau setara dengan 1 bulan sekali. Indikator ini juga harapannya bisa memberikan manfaat bagi para petani cabai sekaligus guna untuk meningkatkan ketersediaan lapangan kerja di Dusun Ngembesan.

  • Dampak pada Komunitas

Dampak yang di rasakan para anggota kelompok tani al-hidayah sangat ber varian mulai dari dampak yang kecil hingga dampak besar ikut serta di rasakan para petani lainnya. Dampak peningkatan pendapatan juga di rasakan antar anggota kelompok tani al-hidayah. Mulai dari awal mula tidak memiliki pemasukan ekonomi secara stabil hinga adanya budidaya tanaman cabai berhasil memberikan sumber pendapatan tetap bagi para petani minoritas muslim.

Keberhasilan budidaya tanaman cabai juga menigkatkan tingkat taraf hidup petani minoritas serta keluarganya dalam memenuhi kebutuhan sehari harinya.

Hal yang menarik dari budidaya cabai ini salah satunya bisa memperdayakan para petani perempuan. Di karenakan banyak anggota dari kelompok tani al-hidayah berasal dari kaum ibu ibu yang merupakan tidak memiliki pekerjaan tetap atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Para ibu ibu ini justru lebih semangat dalam proses penanaman, perawatan budidaya cabai, hingga pengelolaan hasil panen cabai.

Melalui pemberdayaan para petani perempuan juga dapat membentuk penguatan solidaritas antar tetangga di Dusun Ngembesan, mulai dari kekompakan dalam belajar pelatihan budidaya tanaman cabai, cara merawat tanaman cabai yang baik dan benar, proses penyemprotan hama serta penyakit tumbuhan, hingga proses pasca panen raya. Dengan adanya rangkaian rangkaia ini tentu menjadikan anggota kelompok tani khusunya perempuan menjadi semakin erat dalam komunikasi antar tetangga.

  • Kisah Sukses atau Testimoni

Melalui Budidaya tanaaman cabai ini melahirkan semangat baru bagi para anggota kelmpok tani al-hidayah, Tentunya hal ini juga di rasakan oleh beberapa petani di Desa wonokerto yang merupakan bukan dari anggota kelompok tani al-hidayah, salah satunya yaitu keberhasilan di rasakan oleh ibu Siti (49 thn) yang merupakan warga Desa setempat. Berangkat dari seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap, dan sebelumnya Cuma menjadi buruh tani serabutan, menjadikan hal ini sebagai pendorong ibu siti untuk melakukan hal baru.

Melalui pelatihan budidaya tanaman cabai yang di selenggarakan oleh kelompok tani al hidayah, Ibu Siti berhasil membudidayakan nya sendiri di kediamannya. Dalam musim taanam pertama ibu siti memanen 2 ton cabai rawit segar dari luas lahan sekitar 1000 m, Dalam panen pertaamanya juga ibu siti meraih keuntungan bersih kurang lebih 5 jt.

Peningkatan ekonomi keluarga juga di rasakan oleh Ibu siti, dari hasil usaha budidaya tanaman cabai membantu ibu siti dapat memenuhi kebutuhan anak anaknya serta dapat menyekolahkan anaknya di tingkat lebih tinggi.

Tantangan dan Cara Mengatasinya

  • Tantangan Utama

Tantangan awal yang di hadapi oleh anggota kelompok tani al hidayah salah satunya, berhubung mayoritas masyarakat petani di Dusun Ngembesan bergelut di pertanian salak, hal ini menjadikan tantangan tersendiri untuk beralih ke petani cabai. Awal pembetukan kelompok tani al-hidayah sempat terjadi penolakan antar petani salak, karena di rasanya mereka sudah bergelut dengan pertanian salak turun temurun dan pertanian cabai di rasanya tidak evisien dalam mencukupi perekonomian mereka. Secara pertanian cabai lebih rumit dari segi budidayanya ketimbang pertanian salak. Tetapi hasil pertanian cabai lebih menjanjikan secara harga di pasaran di bandingkan harga salak, yang di mana semakin hari harga salak semakin turun. Apalagi komoditas salak sekarang semakin luas dan jenis jenis salak yang di hasilkan juga semakin ber varian.

Setelah mereka melihat serta merasakan dampak yg dihasilkan oleh para petani cabai, beberapa orang ingin mencoba hal baru dan pindah di pertanian cabai. Tentu nya hal ini juga tidak lepas dari kerja keras antar anggota kelompok tani al-hidayah dalam mengembangkan program budidaya tanaman cabai tersebut.

  • Strategi Mitigasi

Para anggota kelompok tani al-hidayah untuk mengatasi berbagai tantangan seperti, fluktuasi harga, perubahan iklim, serangan hama dan penyakit serta keterbatasan akses pasar. Mereka sudah memilii strategi mitigasi untuk mencegahnya, yaitu salah satu caranya dengan menciptakan bibit bibit cabai yang unggul serta penanganan yang eksklusif dalam proses budidayanya. Selain itu mereka juga menerapkan teknologi dan praktik pertanian modern seperti terdapat alat pengecek suhu dan tekanan air di lahan budidaya cabai, juga menggunakan pupuk cair buatan sendiri guna mengurangi kadar kimia di dalam tanah.

Harapannya dengan adanya beberapa strategi yang di terapkan oleh para anggota kelompok tani al-hidayah ini hasil panen cabai bisa melimpah dan segar, sehingga harga penjualan cabai rawit secara kolektif mendapatkan harga yang stabil dan berkualitas.

Pembelajaran dan Rekomendasi

  • Pembelajaran Utama

Mayoritas Masyarakat non muslim Dusun Ngembesan Dalam praktik pertanian budidaya cabai masih mengandalkan pupuk kimia untuk menunjang nutrisi penanaman cabainya, hal itu tentu menjadi faktor utama bagi kelompok tani al hidayah untuk bisa membuat perubahan sudut pandang para petani cabai sekitar untuk bisa beralih menggunakan pupuk cair organik yang di produksi sendiri.

Hal ini tentu di dukung oleh edukasi berkelanjutan serta pelatihan pembuatan pupuk cair organik yang di berikan oleh BAZNAS secara bertahap. Selain itu juga BAZNAS juga mengenalkan alat pengecek tanah yang ber fungsi untuk melihat kestabilan suhu dan kelembapan tanah sebelum penanaman bibit cabai, dengan adanya pelatihan serta pendampingan dari BAZNAS para kelompok tani al hidayah menjadi lebih luas akan pengetahuan dan pemahaaman mengenai tata cara serta proses budidaya tanaman cabai yang di lakukan.

  • Rekomendasi untuk Replikasi atau Peningkatan

Berdasarkan program yang di lakukan oleh kelompok tani al hidayah, sepeerti tata cara pengelolaan lahan, cara budidaya tanaman cabai yang baik dan berkualitas, proses pasca panen cabai serta pemasaran hasil panen cabai bisa terus berkembang dan meningkat lebih baik secara pengaplikasian teknologi dengan proses budidaya pada tanaman cabai.

Harapannya dengan adanya modal dari BAZNAS yang telah di berikan serta kerja sama yang telah di jalin memberikan perubahan dan peningkatan pengetahuan bagi para petani cabai Dusun Ngembesan.

Berhubung mayoritas masyarakat nya bergelut di sektor pertanian salak, dengan adanya kelompok tani al hidayah mampu membuka pengetahuan serta edukasi masyarakat untuk tidak berfokus pada pertanian salak, mengingat harga salak yang samakin hari semakin turun. Melainkan para petani tersebut bisa beralih ke komoditas tanaman lain, seperti cabai, terong, tomat dan lain sebagainya.

Guna untuk menunjang program program yang di jalankan kelompok tani al hidayah, kelompok tani al hidayah bisa menjalin relasi atau kerja saama dengan berbagai pihak yang lebih luas, selain itu kelompok tani al hidayah harapannya juga dapat menggait anak muda se tempat untuk ikut andil dalam pengembangan program kelompok tani tersebut. Sehingga dengan adanya anak muda di harapkan memperoleh temuan temuan baru dalam pemberdayaan pertanian yang berkelanjutan.

Program program kelompok tani al hidayah bisa menjadi contoh bagi desa desa lain yang ingin mengembangkan sektor pertaniannya dengan menyesuaikan ekologi sumber daya yang di hasilkan desa setempat.

Seiring berkembangnya zaman kelompok tani Al Hidayah mempunyai keinginan untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan, yakni pupuk organik cair ke media online seperti Shoppe, Lazada, Tokopedia, dan lain sebagainya agar pupuk organik cair yang di produksi oleh kelompok tani al Hidayah bisa digunakan oleh masayarkat luas bukan sekedar hanya di lingkup masyarakat lokal. Hal tersebut juga sebagai upaya kelompok tani al Hidayah untuk menggait masyarakat luas untk lebih memilih menggunakan pupuk organik cair dibanding dengan pupuk pestisida. Namun, program tersebut belum bisa di jalankan karena terkendala izin beredar dari pemerintah dan juga kelompok tani al hidayah masih awam terkait penggunaan platfrom penjuaan online tersebut. Tentunya untuk menyukseskan program tersebut kelompok tani al hidayah perlu adanya bantuan pendampingan untuk mengurus uji laboratorium terkait isi kandungan pupuk organik cair serta pengajuan surat izin bredar ke dinas. Selain itu juga kelompok tani al hidayah perlu generasi muda untuk bisa membantu mengelola atau memeberi pelatihan terkait penggunaan platfrom penjualan online karena anggota kelompok tani al hidayah di dominasi oleh bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah bisa dikatakan sudah ber umur dan tentunya juga memiliki kendala dalam pemanfaatan teknologi.

Kesimpulan

Dari pembahasan hasil monitoring mengenai Upaya Mewujudkan Masyarakat Mandiri Pangan Melalui Program Kelompok Tani Al- Hidayah, Dusun Ngembesan ini, berhasil mendukung SDG ke 2 tentang mengentaskan kelaparan, menciptakan ketahanan pangan lokal, serta mengembangkan model pertanian berkelanjutan yang sudah mencapai taraf peningkatan di kalangan masyarakat Dusun ngembesan, khususnya masyarakat minoritas muslim yang terdiskrimisasi.

Melalui bantuan subsidi dari program Zakat Community Development (ZCD) yang di selenggarakan oleh Badan amil zakat Nasional (BAZNAS) berhasil membawa perubahan perekonomian yang di rasakan oleh kaum minoritas muslim di dusun ngembesan. Program budidaya tanaman cabai ini berhasil mewujudkan masyarakat mandiri pangan dalam pemenuhan kebutuhan sehari harinya, dengan memanfaatkan lahan pekarang seadanya mampu menghasilkan tanaman cabai yang berkualitas.

Melalui pelatihan yang di berikan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga mampu membuka wawasan para masyarakat non muslim dusun ngembesan, yang manghasilkan inovasi inovasi baru dalam proses budidayanya, yaitu para anggota kelompok tani al hidayah mampu menciptakan atau memproduksi pupuk secara mandiri. Dengan bahan seadanya dan sisa sisa makanan serta buah buahan busuk yg sudah tidak layak untuk di konsumsi di jadikan bahan dasar pembuatan pupuk cair organik. Sehingga pupuk cair yang di hasilkan lebih aaman serta kegunaannya lebih evisien terhadap tanah.

Hasil panen tanaman cabai yang menggnakan pupuk kimia dan pupuk cair hasil produksi sendiri tentunya juga jauh berbeda secara rasa, warna, dan kuantitas hasil panen.

Dalam pemasarannya kelompok tani al hidayah menjalin beberapa mitra serta kerja sama yang cukup luas, serta harapannya kedepan bisa meluas ke luar kota tidak hanya dalam pemasaraan lokall saja. Para petani cabai ini juga memperhatikan kualitas bibit yang unggul guna untuk bersaing secara kualitas barang yang di jual di pasaran dapat di menjanjikan.

Terkait strategi pemasarannya sendiri para petani cabai masih mengandalkan pasokan pasar dan mitra kerja sama yang sudah dijalinnya. Untuk merambat ke pemasaran secara online masih di tahap proses dan pendampingan. Harapannya anak muda se tempat juga ikut serta dalam kegiatan kegiatan yang di adakan oleh kelopok tani al hidayah ini, karena tidak menutup

kemungkinan peran anak muda sangat di perllukan di masa yang aakan mendatang.