Mendukung SDG 12 tentang Tanpa Kelaparan dan Kesetaraan Gender pada Pemberdayaan Perempuan dalam Kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Mrican

Nama : Rina

NIM : 22105040019

Mata Kuliah : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (C)

TUGAS AKHIR

MONITORING DAN EVALUASI PEMBELAJARAN/BEST PRACTICE SDG’S PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

Pemberdayaan Perempuan dalam Kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Mrican: Mendukung SDG 12 tentang Tanpa Kelaparan dan Kesetaraan Gender

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi merupakan kelompok atau organisasi anggotanya terdiri dari para perempuan yang berasal dari Dusun Mrican, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta. KWT Srikandi bergerak di bidang pertanian dan perkebunan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang sempit dan terbatas agar dapat menjadi lahan yang dapat ditanami berbagai jenis tanaman. Selain itu, KWT Srikandi juga beternak unggas dan budidaya ikan yang dilakukan pada Demonstrasi Plot (Demplot) milik kelompok tersebut. Berdirinya KWT Srikandi merupakan salah satu upaya pemerintah desa dan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelaparan, dengan mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta mewujudkan pertanian berkelanjutan di kota. KWT Srikandi berhasil menjaga keberlanjutan upaya mewujudkan ketahanan pangan dan gizi baik melalui pengelolaan berbagai jenis kebutuhan konsumsi keluarga berupa sayur-sayuran, buah, dan protein hewani berupa telur dan ikan. Melalui KWT Srikandi, anggota dan masyarakat mampu menjangkau bahan pangan sehat dan berkualitas dengan harga lebih terjangkau daripada harga pasar. Selain untuk mewujudkan ketahanan pangan, KWT Srikandi juga merupakan upaya mewujudkan kesetaraan gender. KWT Srikandi menjadi wadah bagi para perempuan di lingkungan tersebut, untuk mendapatkan akses dan kesempatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya dalam pengelola pertanian dan peternakan. Melalui KWT Srikandi, perempuan khususnya ibu-ibu yang menjadi anggotanya, mampu menyalurkan apresiasi dan peran mereka dalam dunia pertanian. Menjadi anggota KWT Srikandi mampu meningkatkan peran perempuan dalam ekonomi keluarga, berupa upaya meminimalisir pengeluaran rumah tangga. Proses pemberdayaan perempuan di KWT Srikandi menunjukkan keberhasilan karena melalui KWT Srikandi, perempuan dapat mengembangkan potensi dan bakat yang mereka punya. Dapat dilihat bahwa kegiatan KWT Srikandi menunjukkan dampak positif bagi masyarakat. Indikator keberhasilan yang dapat dilihat pada KWT Srikandi adalah peningkatan jumlah anggota serta peningkatan hasil produksi yang tentunya berpengaruh terhadap pemasukan yang mereka dapatkan.

LATAR BELAKANG DAN TUJUAN

  1. Latar Belakang

Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan wadah pemberdayaan perempuan di bidang pertanian untuk mencapai ketahanan pangan yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia. Salah satu KWT di Indonesia yaitu KWT Srikandi yang beralamat di Dusun Mrican di Gang Kuwera nomor 9, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta. KWT Srikandi berdiri pada 24 Desember 2014, tepat 10 tahun yang lalu. Selama 10 tahun berdirinya KWT Srikandi, kelompok ini telah meraih banyak prestasi. KWT Srikandi sudah beberapa kali ikut serta dalam perlombaan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada tahun 2020, KWT Srikandi meraih juara V pada perlombaan KRPL tingkat nasional dengan konsep pertanian menggunakan lahan terbatas. Tak heran KWT Srikandi sering dijadikan tempat edukasi mengenai urban farming. KWT Srikandi melakukan pemanfaatan lahan terbatas dengan melakukan urban farming. Berbeda dengan KWT daerah lain, anggota KWT Srikandi sama sekali tidak memiliki pengalaman sebagai petani. Nama "Srikandi" diambil dari tokoh pewayangan yang dikenal sebagai sosok perempuan tangguh dan berani. Pemilihan nama tersebut diharapkan mampu mencerminkan karakter setiap anggotanya.

Pembentukan kelompok ini diprakarsai oleh Bapak Sumarji, Kepala Dukuh Dusun Mrican, yang melihat banyak ibu rumah tangga di dusun tersebut memiliki minat tinggi dalam menanam berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias dan sayuran. Namun, wilayah Mrican yang padat penduduk membuat lahan untuk bercocok tanam sangat terbatas. Melihat potensi dan antusiasme ibu-ibu ini, Bapak Sumarji menginisiasi pembentukan KWT Srikandi agar kegiatan mereka dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat sekitar. Pada awalnya, anggota KWT Srikandi berasal dari ibu-ibu anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di daerah tersebut. Seiring berjalannya waktu, ibu-ibu diluar kelompok ibu PKK juga turut berpartisipasi dalam KWT Srikandi. Tidak ada kriteria atau syarat tertentu bagi ibu-ibu yang ingin menjadi anggota di KWT Srikandi. KWT Srikandi beranggotakan saat ini telah beranggotakan 54 orang yang terdiri dari perempuan khususnya ibu-ibu dilingkungan Dusun Mrican.

Pada awal berdirinya KWT Srikandi, setiap anggotanya hanya bercocok tanam di pekarangan rumah masing-masing. Namun, setelah dua tahun berdiri, KWT Srikandi mendapat bantuan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui pemerintah Kalurahan Caturtunggal, didirikanlah Demplot Srikandi seluas 540 m2 yang dijadikan kegiatan KWT Srikandi. Lahan yang sebelumnya merupakan tanah kas desa ini awalnya tidak terurus dan dipenuhi sampah bangunan, seperti kayu, pecahan kaca, genting, besi, dan seng. Dengan kerja keras, lahan tersebut diubah menjadi area produktif untuk berbagai kegiatan KWT, seperti bercocok tanam, beternak unggas, dan budidaya ikan. Hasil dari kegiatan tersebut akan dijual kepada anggota dan masyarakat sekitar dengan harga lebih terjangkau dari harga pasar. Bantuan KRPL yang didapat KWT Srikandi juga meliputi benih tanaman, pupuk, dan perlengakapan yang dibutuhkan.

KWT Srikandi menanam kurang lebih 33 jenis tanaman, mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, Tanaman Obat Keluarga (TOGA), dan juga tanaman hias, seperti cabai, tomat, labu, sawi, kangkong, bayam, kunyit, jahe, bawang, jambu, anggur, stroberi, bunga matahari, dan masih banyak lagi. Untuk memaksimalkan penggunakan lahan yang terbatas, KWT Srikandi menggunakan beberapa teknik bercocok tanam. Teknik yang pertama adalah hidroponik, yaitu teknik menanam dengan menggunakan media air yang diberi nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Selanjutnya teknik tabulampot atau menanam buah dalam pot. Terakhir yaitu teknik verikultur, yaitu menanam secara vertikal atau bertingkat. Tak hanya bercocok tanam, KWT Srikandi juga beternak beberapa jenis unggas, mulai dari ayam, kalkun, dan angsa. Hasil ternak yang diperjualbelikan hanyalah telurnya saja. KWT Srikandi juga melakukan budidaya ikan lele dan nila. Pemilihan jenis ikan ini dikarenakan perawatannya yang mudah dan memiliki daya tahan yang kuat. Budidaya ikan dilakukan di kolam berukuran 2 x 2 m dibawah gazebo, sehingga tidak terlalu memakan tempat.

  1. Tujuan

Ketua KWT Srikandi, Nur Handayani menyebutkan tiga tujuan dari berdirinya KWT Srikandi. Pertama, KWT Srikandi didirikan dengan tujuan untuk memberdayakan perempuan di lingkungan sekitar yang memiliki potensi dalam bercocok tanam. KWT Srikandi memberikan kesempatan bagi kaum perempuan agar ikut serta dalam bidang pertanian dan memiliki akses terhadap peluang perekonomian. KWT Srikandi diharapkan mampu membantu para anggotanya mengembangkan keterampilan bertani, mulai dari proses menanam, merawat, hingga memanen hasil pertanian. Selain itu, KWT Srikandi juga mendorong para anggotanya untuk memanfaatkan lahan yang tersedia secara optimal agar bisa memberikan hasil yang lebih produktif. Dengan adanya KWT Srikandi, perempuan tidak hanya dapat berperan aktif dalam mendukung sektor pertanian, tetapi juga memiliki kesempatan untuk berkontribusi secara langsung dalam meningkatkan perekonomian keluarga.

Kedua, tujuan utama dari pembentukan KWT Srikandi adalah untuk mendukung terciptanya ketahanan pangan di masyarakat dengan meningkatkan produktivitas pangan. KWT Srikandi berkomitmen untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup, baik dari segi jumlah maupun kualitas, dengan menyediakan makanan yang beragam, bergizi, dan mudah diakses oleh semua kalangan dengan harga yang terjangkau. KWT Srikandi memastikan kualitas dari hasil produksi mereka dengan tidak menggunakan bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan. KWT Srikandi tidak hanya mendukung kehidupan yang sehat bagi masyarakat sekitar, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana perempuan dapat mengambil peran penting dalam pengelolaan sumber daya pangan yangberkelanjutan.

Ketiga, KWT Srikandi dibentuk dengan tujuan menjaga lingkungan di area padat penduduk agar tetap hijau dan tidak gersang, meskipun menghadapi tantangan dari tingginya tingkat kepadatan. Selain itu, kelompok ini juga bertujuan untuk mendorong masyarakat menjadi lebih produktif dengan memanfaatkan lahan terbatas untuk kegiatan bermanfaat seperti bercocok tanam dan mengolah hasilpertanian.

DESKRIPSI PRAKTIK BAIK ATAU PEMBELAJARAN

  1. Langkah-Langkah Implementasi

Berdirinya KWT Srikandi merupakan inisiatif dari Bapak Sumarji selaku Kepala Dukuh Dusun Mrican dengan dukungan pemerintah Kalurahan Caturtunggal dan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sleman. Langkah awal yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut adalah mengenalkan konsep urban farming dengan memanfaatkan lahan perkarangan rumah yang sempit terhadap ibu-ibu sekitar. Pengenalan konsep ini dilakukan melalui sosialiasi yang dilakukan oleh pemerintah dan praktek yang dilakukan oleh Bapak Sumarji di lahan pekarangan miliknya. Bapak Sumarji menanam berbagai jenis tanaman menggunakan limbah botol plastik dan paralon, lalu memanfaatkan tanah humus serta dedaunan kering.

Langkah selanjutnya yaitu implementasi hasil pengenalan konsep urban farming di pekarangan rumah masing-masing anggota KWT Srikandi. Pemerintah memberikan bantuan modal menggunakan anggaran daerah setempat untuk pupuk dan benih, agar ibu-ibu dapat menanam dipekarangan rumah masing-masing karena pada awalnya kelompok ini belum memiliki lahan untuk bercocok tanam bersama. Ibu-ibu sebagai anggota KWT Srikandi mendapat tanah, kompos, dan bibit secara percuma melalui bantuan modal tersebut agar anggota KWT Srikandi memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang mereka peroleh dari edukasi tentang urban farming.

Langkah yang dilakukan setelah pengenalan konsep, yaitu pembangunan fasilitas berupa demplot oleh pihak Kalurahan Caturtunggal sebagai bentuk dukungan terhadap kelompok tersebut. Setelahnya dibentuklah struktur pengurusan KWT Srikandi yang bertujuan untuk mengatur tugas, mengontrol pekerjaan serta tanggung jawab tiap anggotanya. KWT Srikandi juga membagi jadwal piket bagi para anggotanya untuk mengurus tanaman, peternakan, dan perikanan setiap harinya di demplot KWT Srikandi. Tugas yang diberikan mulai dari menyiram tanaman, menyapu, memupuk, memberi pakan terhadap hewan ternak dan ikan. Piket dilaksanakan setiap hari pada pukul 06.00-10.00 WIB yang dilaksanakan oleh 6 orang anggota. Seluruh anggota Srikandi juga mengadakan perkumpulan seluruh anggota sekali dalam sebulan, yaitu setiap tanggal 26 untuk berdiskusi mengenai kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dan melaksanakan tugas piket bersama-sama. Tak hanya itu, pertemuan ini juga bertujuan untuk memperkuat hubungan antaranggota melalui asas kekeluargaan yang menjadi fondasi utama kelompok ini. Dalam menjalankan kegiatannya, KWT Srikandi menghindari pemberian sanksi atau hukuman berupa denda bagi anggota yang tidak menjalankan tugasnya dengan optimal. Sebaliknya, kelompok ini lebih menitikberatkan pada upaya menumbuhkan kesadaran diri dan rasa memiliki di antara para anggotanya. Rasa kebersamaan ini dibangun melalui berbincang santai dengan anggota, tiap anggota juga biasanya membawa snack untuk dimakan bersama-sama. Pendekatan tersebut menciptakan suasana harmonis dalam komunitas, mendorong partisipasi sukarela, dan memperkuat semangat kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan cara ini, KWT Srikandi berhasil membangun hubungan yang solid antaranggota sekaligus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembangbersama.

Setelah pembangunan fasilitas selesai, langkah berikutnya yang dilakukan adalah melaksanakan sosialisasi dan pelatihan bagi anggota KWT Srikandi serta masyarakat sekitar. Materi pelatihan mencakup berbagai aspek penting dalam pertanian dan pengelolaan sumber daya, seperti teknik pembibitan, cara perawatan tanaman yang benar, pembuatan pupuk organik, serta pengolahan hasil panen menjadi produk yang bernilai tambah. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para anggota sehingga mereka dapat memanfaatkan fasilitas yang ada secara optimal dan mandiri. Sosialisasi dan pelatihan tidak hanya dilakukan oleh Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman serta Kalurahan Caturtunggal, tetapi juga melibatkan beberapa pihak-pihak yang menjalin kerja sama atau kemitraan dengan KWT Srikandi.

Langkah terakhir dalam rangkaian kegiatan pemberdayaan di KWT Srikandi adalah pengawasan dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan oleh Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman bersama Kalurahan Caturtunggal untuk memastikan seluruh program berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Pengawasan dan evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas program, mengidentifikasi hambatan yang dihadapi, dan mencari solusi untuk perbaikan di masa mendatang. Pemerintah, melalui Kalurahan Caturtunggal dan Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, berkomitmen melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin sebagai bentuk pendampingan berkelanjutan terhadap KWT Srikandi.

  1. Sumber Daya yang Digunakan

Dalam melaksanakan kegiatan mereka, KWT Srikandi memiliki berbagai sumber daya yang untuk mendukung program yang mereka jalankan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah dan mitra KWT Srikandi turut berperan dalam memberikan dukungan pendanaan kepada KWT Srikandi sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat kelompok ini. Namun, KWT Srikandi tidak hanya bergantung pada bantuan saja. Mereka juga memiliki sistem pendanaan mandiri, salah satunya melalui iuran kas bulanan sebesar Rp10.000 yang wajib dibayar oleh setiap anggota. Kas tersebut tentunya tidak memberatkan anggotanya. Bahkan mereka mendapat keuntungan lebih dari harga murah yang mereka dapatkan saat membeli sayur hasil panen KWT Srikandi. Selain itu, kelompok ini memanfaatkan hasil dari penjualan produk pertanian, peternakan, dan budidaya ikan sebagai sumber pendapatan tambahan. Pendapatan tersebut tidak digunakan untuk kebutuhan pribadi anggota, melainkan dikelola kembali sebagai modal usaha untuk mengembangkan kegiatan kelompok. Dengan sistem ini, KWT Srikandi mampu menjaga keberlanjutan operasionalnya dan memperluas skala produksi.

Lebih jauh lagi, KWT Srikandi memanfaatkan berbagai sumber daya secara mandiri untuk mendukung keberlanjutan kegiatan pertaniannya. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan membuat sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhan air, khususnya dalam menjaga kelancaran sistem irigasi yang sangat penting bagi tanaman. Air sumur ini juga dipergunakan untuk kolam ikan yang tentunya memerlukan air yang tidak sedikit. Pembuatan sumur ini merupakan solusi bagi mereka untuk lebih mandiri, karena sebelumnya mereka bergantung pada air milik warga. Sumur ini tentunya akan menghemat pengeluaran mereka. KWT Srikandi juga melakukan pembibitan dan pembuatan pupuk kompos secara mandiri sebagai bentuk efisiensi dan upaya untuk mengurangi biaya operasional. Pembuatan pupuk kompos ini menjadi langkah penting dalam mendukung sistem pertanian organik yang mereka jalankan, sekaligus memanfaatkan limbah organik yang mereka hasilkan, mulai dari sampah dedaunan, dan buah-buah yang busuk. Meski demikian, untuk memenuhi kebutuhan yang belum tercukupi, KWT Srikandi terkadang masih membeli bibit dan pupuk dari luar. Selain itu, KWT Srikandi juga berinovasi dengan mengadopsi teknologi modern untuk mendukung kegiatan pertaniannya. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah menggunakan metode hidroponik dengan memanfaatkan sistem tenaga surya (solar cell). Penggunaan teknologi ini bertujuan untuk mengurangi biaya listrik sekaligus menciptakan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan

  1. Kerja Sama dan Kemitraan

KWT Srikandi telah menjalin kerja sama dan kemitraan dengan beberapa instansi. Kerja sama ini sangat penting untuk mendukung keberhasilan program mereka dalam meningkatkan hasil pertanian, pemberdayaan anggota, dan keberlanjutan kegiatan urban farming. Berikut adalah beberapa instansi yang telah bekerja sama dengan KWT Srikandi serta bentuk dukungan yangmerekaberikan:

  • Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman

Bentuk kerja sama atau kemitraan yang dilakukan oleh pihak Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman dengan KWT Srikandi ialah dengan mengesahkan kelembagaan KWT Srikandi, membantu dalam memberikan dukungannya berupa stimulasi anggaran kegiatan, mengadakan pembinaan dan pelatihan mengenai urban farming, memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan urban farming, mengawasi serta mengevaluasi pelaksaan urban farming di KWT Srikandi.

  • Kalurahan Caturtunggal

Sebagai pemerintah desa setempat, Kalurahan Caturtunggal memberikan dukungan yang signifikan bagi KWT Srikandi. Salah satu bentuk kerjasama yang nyata adalah pemberian izin pemakaian tanah kas desa sebagai demplot, pusat kegiatan KWT Srikandi. Lokasi ini menjadi pusat berbagai kegiatan seperti pembibitan, pelatihan, dan pertemuan anggota. Selain itu, pihak Kalurahan juga terlibat aktif dalam pembinaan, perencanaan kegiatan melalui musyawarah, serta penguatan kapasitas anggota melalui pelatihan-pelatihan urban farming. Kalurahan Caturtunggal juga memfasilitasi sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan urban farming, sekaligus melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksaan kegiatan.

  • Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM)

Bentuk kerja sama ini meliputi penyelenggaraan sosialisasi tentang pengelolaan sampah, pembuatan pupuk organik, dan budidaya peternakan yang berkelanjutan. Selain itu, UGM sering mengadakan pelatihan dan kuliah gratis di lokasi KWT Srikandi, yang diikuti oleh anggota KWT maupun masyarakat sekitar. KWT Srikandi juga sering dijadikan lokasi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa UGM. Salah satu inovasi yang dihasilkan dari kerja sama ini adalah pengembangan hidroponik menggunakan sistem solar cell di lahan demplot milik KWT.

  • BRI melalui program BRI Bertani di Kota

Bekerja sama dengan KWT Srikandi untuk mengembangkan daerah padat penduduk untuk menjadi lingkungan yang lebih baik dari segi lingkungan dan kesehatan. Bentuk dukungan yang diberikan BRI adalah berupa sosialisasi edukasi mengenai pertanian, pelatihan memasak hasil tani, dan fasilitas berupa gazebo dan greenhouse seluas 4 x 5 m. Greenhouse ini lah yang dimanfaatkan oleh KWT Srikandi sebagai tempat melakukan pembibitan, dan mempraktekkan hidroponik. Tak hanya itu BRI juga pernah memberikan bantuan dana untuk mendukung KWT Srikandi senilai RP10.000.000.

  • FORKOM KWT (Forum Komunikasi KWT se-kabupaten Sleman)

Kerja sama antar KWT dilakukan dengan saling berbagi pengetahuan dalam mengelola pertanian. Kelompok-kelompok ini saling mendukung untuk meningkatkan kemampuan masing-masing melalui pertukaran informasi dan pengalaman. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan menukar dan menambah koleksi bibit serta tanaman sayuran. Hal ini bertujuan untuk memperkaya hasil pertanian dan memperkuat keberlanjutan kegiatankelompok.

  1. Inovasi yang Dilakukan

Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi menggunakan berbagai teknik bercocok tanam untuk mendukung kegiatan pertanian mereka, salah satunya adalah teknik hidroponik. Hidroponik merupakan metode bercocok tanam modern yang memanfaatkan air sebagai media utama, menggantikan tanah. Dalam metode ini, air yang digunakan diperkaya dengan berbagai zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan yang optimal. Teknik ini tidak hanya sederhana, tetapi juga sangat efisien, sehingga cocok diterapkan di lingkungan dengan lahan terbatas. Ibu Nur Handayani menyebutkan beberapa manfaat dari teknik hidroponik sehingga dipraktekkan pada KWT Srikandi. Kelebihan teknik hidroponik diantaranya, seperti lebih hemat air, karena air yang digunakan dapat didaur ulang. Selain itu, metode ini juga bebas dari gangguan hama, mempercepat masa panen, dan memaksimalkan pemanfaatan ruang sempit.

Sebagai inovasi, KWT Srikandi mengembangkan teknik hidroponik dengan memanfaatkan sistem solar cell atau panel surya untuk mendukung kegiatan pertanian mereka. Inovasi ini mulai diterapkan pada tahun 2021 sebagai hasil kolaborasi antara KWT Srikandi dan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Teknik hidroponik dengan sistem solar cell ini menggunakan energi listrik yang dihasilkan dari panel surya untuk menggerakkan pompa air, yang menjadi komponen utama dalam instalasi hidroponik. Pompa air berfungsi untuk memastikan sirkulasi air nutrisi berjalan lancar, sehingga nutrisi dapat didistribusikan secara merata ke seluruh tanaman yang ditanam dalam instalasi hidroponik. Penggunaan sistem solar cell menjadi langkah penting dalam menciptakan pertanian yang lebih ramah lingkungan. KWT Srikandi melakukan teknik hidroponik dengan sistem solar cell juga dalam rangka untuk menghemat biaya listrik yang diperlukan.

PETA MODEL PEMBERDAYAAN

Berikut peta model pemberdayaan pada KWT Srikandi:

HASIL DAN DAMPAK

  1. Indikator Kinerja

Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi terus menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun ke tahun. Salah satu indikator keberhasilan KWT Srikandi adalah adanya peningkatan jumlah anggota yang diberdayakan serta peningkatan jumlah produksi yang dihasilkan oleh kelompok ini. Saat pertama kali didirikan, KWT Srikandi hanya memiliki 32 anggota. Namun, hingga tahun 2024, jumlah anggota bertambah menjadi 54 orang. Meskipun peningkatan jumlah anggota ini terlihat tidak terlalu besar, namun hal ini menjadi bukti bahwa KWT Srikandi berhasil menarik minat lebih banyak perempuan untuk bergabung dan berkontribusi. Penambahan anggota ini juga menunjukkan bahwa KWT Srikandi telah berhasil melakukan pemberdayaan terhadap lebih banyak perempuan dilingkungan tersebut.

Indikator kinerja KWT Srikandi yang lain adalah hasil produksi berupa bibit tanaman dan hasil panen yang terus meningkat. Saat ini, KWT Srikandi mampu memproduksi hingga bibit tanaman setiap bulannya. Bibit-bibit tersebut biasanya dimanfaatkan oleh anggota untuk menanam kembali tanaman yang sama di lahan mereka. Sebagian bibit juga dibagikan kepada anggota yang membutuhkan, sehingga mendukung keberlanjutan kegiatan pertanian di komunitas tersebut. Selain produksi bibit, KWT Srikandi juga mendapatkan penghasilan dari hasil panen pertanian dan peternakan yang mereka kelola. Pendapatan yang dihasilkan berkisar antara Rp200.000 hingga Rp700.000 setiap bulan. Pendapatan ini berasal dari penjualan hasil panen, produk pertanian, dan hasil peternakan seperti unggas dan ikan. Seluruh pendapatan yang diperoleh KWT Srikandi digunakan untuk mendukung kebutuhan operasional kelompok. Dana tersebut dimanfaatkan untuk membeli berbagai keperluan, seperti alat-alat bercocok tanam, benih tanaman tertentu yang belum pernah budidayakan, dan pakan untuk ternak unggas serta ikan.

  1. Dampak pada Komunitas

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Sartini, salah satu anggota KWT Srikandi, kelompok ini memberikan dampak positif bagi dirinya dan anggota lain. Salah satu manfaat yang dirasakan adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam bercocok tanam. Melalui berbagai sosialisasi dan pelatihan yang ia dapat sebagai anggota, Ibu Sartini memperoleh pemahaman kemampuan mengenai cara teknik menanam, teknik perawatan, dan membuat pupuk organik. Pengetahuan dan keterampilan tentunya ia manfaatkan, dengan mempraktekkannya dipekarangan rumahnya sendiri. Ibu Sartini menanam berbagai tanaman yang mudah dibudidayakan, mulai dari terong, sawi, tomat, dan cabai. Sebagian tanaman yang ia tanam juga menggunakan bibit dari hasil pembibitan yang dilakukan di KWT Srikandi. Bibit tersebut ia dapatkan secara gratis karena seluruh anggota boleh mengambil bibit yang mereka hasilkan. Ini juga merupakan salah satu keuntungan yang ia dapatkan karena menjadi anggota KWT Srikandi. Selain menggunakan polybag, ia juga menggunakan paralon dengan teknik verikultur atau menanam secara vertikal. Melalui sosialisasi dan pelatihan pengolahan makanan, Ibu Sartini kini lebih memahami cara mengolah bahan makanan dengan baik dan benar, sekaligus menjadi lebih kreatif dalam menyajikan variasi hidangan. Kemampuan yang telah ia peroleh ini diterapkan dalam masakan sehari-hari untuk keluarganya. Dengan ilmu tersebut, ia mampu memastikan setiap hidangan tetap terjaga kualitasgizinya.

Ibu Sartini sebagai anggota KWT Srikandi juga merasakan manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi yang ia rasakan adalah pengurangan pengeluaran untuk kebutuhan dapur sehari-hari. Hal ini terjadi karena ia aktif menanam sendiri berbagai jenis sayuran dan kebutuhan pokok di halaman rumahnya, sehingga dapat memanfaatkan hasil panen untuk keperluan rumah tangga tanpa harus membeli di pasar. Selain itu, keuntungan lain yang ia nikmati adalah kemudahan membeli hasil pertanian dari KWT Srikandi dengan harga yang lebih terjangkau. Harga yang diberikan kepada anggota KWT ini lebih murah dibandingkan dengan harga yang dijual ke masyarakat umum maupun harga pasar, sehingga semakin meringankan beban pengeluarankeluarga.

  1. Kisah Sukses atau Testimoni

Ibu Sartini, salah satu anggota aktif KWT Srikandi, mulai merintis usaha menjual bibit tanaman sejak tahun 2022. Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang didapat selama aktif di KWT Srikandi, ia memberanikan diri untuk memulai usaha tersebut. Dalam kegiatan KWT, Ibu Sartini mempelajari berbagai teknik pembibitan yang baik dan benar, termasuk cara memilih bibit unggul, menanam, merawat, hingga memastikan bibit tumbuh sehat dan berkualitas. Semua ilmu itu menjadi dasar yang kuat baginya untuk mengembangkan usaha yang kini ia jalankan. Untuk memasarkan bibit tanamannya, Ibu Sartini memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi, salah satunya melalui story WhatsApp. Jenis bibit yang dijual oleh Ibu Sartini cukup beragam, mulai dari bibit tanaman buah seperti alpukat, sirsak, kelengkeng, mangga, dan beberapa bibit buah lainnya. Tak hanya itu, Ibu Sartini juga menanam beberapa tanaman hias. Usaha ini menjadi sumber tambahan penghasilan bagi keluarganya.

TANTANGAN DAN CARA MENGATASINYA

Pada awalnya KWT Srikandi kurang dikenal oleh masyarakat Dusun Mrican, sehingga jumlah anggotanya tidak mengalami peningkatan. Cakupan Dusun Mrican yang cukup luas membuat sosialisasi saja tidak cukup untuk memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kelompok ini. Solusi yang dilakukan adalah dengan mengadakan Lomba Pemanfaatan Lahan Pekarangan Terbatas (PLPT). Lomba ini menjadi kegiatan rutin yang diadakan setiap dua tahun sekali tepatnya mulai dari tahun 2016, 2028, 2020 dan diikuti oleh delapan RW yang ada di Dusun Mrican. Dalam lomba ini, warga diminta memanfaatkan lahan pekarangan kecil dan lahan kosong dengan menanam berbagai jenis tanaman, seperti sayuran, buah-buahan, tanaman obat, jamu, sertatanamanhias. Selain untuk memperkenalkan diri, lomba ini juga bertujuan untuk mendorong semangat masyarakat dalam mengelola tanaman di lingkungan rumah mereka, meskipun dengan lahan terbatas dan di daerah padat penduduk. Hadiah yang disediakan berupa piala, uang tunai, serta bantuan bibit tanaman. Penilaian lomba mencakup keasrian lingkungan di setiap wilayah, keberagaman jenis tanaman yang ditanam di setiap rumah dan lingkungan, manfaat dari tanaman tersebut, serta hasil panen yang diperolehselamasetahun. Namun beberapa tahun belakangan acara perlombaan ini belum dilakukan kembali.

Salah satu tantangan lain yang dihadapi oleh KWT Srikandi adalah dalam hal pemasaran hasil produksi. Selama ini, kelompok ini mengandalkan penjualan hasil panennya kepada para anggota kelompok dan masyarakat sekitar pada saat panen tiba. Untuk mempromosikan produk-produk mereka, KWT Srikandi menggunakan cara-cara sederhana namun efektif, seperti promosi dari mulut ke mulut dan memanfaatkan media sosial pribadi dari para anggotanya. Meskipun metode ini cukup membantu meningkatkan penjualan, ada kalanya hasil panen tidak sepenuhnya habis terjual. Beberapa jenis sayuran terkadang kurang diminati oleh pembeli, sehingga menyisakan stok yang belum terjual. Untuk mengatasi masalah ini, KWT Srikandi mengembangkan strategi alternatif dengan bekerja sama dengan warung-warung sayur di sekitar wilayah mereka. Mereka menitipkan hasil panen yang belum laku ke warung-warung tersebut, sehingga produk mereka tetap memiliki peluang untuk dibeli oleh konsumen yang lebih luas. Langkah ini tidak hanya membantu mengurangi resiko kerugian, tetapi juga memperluas jangkauan pemasaran hasil produksimereka.

Tantangan lainnya yang dihadapi oleh KWT Srikandi adalah ketidaksesuaian hasil panen dengan harapan, baik dari segi bentuk, ukuran, maupun penampilan yang kurang menarik untuk dijual. Meskipun demikian, kualitas hasil tetap baik dan aman untuk dikonsumsi, hasil panen yang kurang menarik secara visual sering kali tidak dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Untuk mengatasi hal ini, KWT Srikandi mengambil langkah strategis dengan membagikan hasil panen kepada masyarakat sekitar, terutama kepada kelompok yang membutuhkan, seperti para lansia. Hal ini merupakan usaha agar hasil panen tidak sia-sia, juga memberikan manfaat langsung kepada anggota masyarakat yang kurang mampu, yang seringkali kesulitan mengakses pangan berkualitas.

PEMBELAJARAN DAN REKOMENDASI

  1. Pembelajaran Utama

Pembelajaran penting yang didapat dari kegiatan monitoring dan evaluasi dalam program pemberdayaan masyarakat dan lingkungan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi adalah bahwa keberhasilan program pemberdayaan sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Partisipasi ini harus didukung oleh pemerintah serta mitra strategis lainnya, yang berperan sebagai fasilitator maupun penyedia sumber daya. Tanpa keterlibatan berbagai pihak, keberlanjutan program akan sulit dicapai, terutama di wilayah dengan tantangan spesifik seperti Kalurahan Caturtunggal. Pada awalnya, perempuan di lingkungan ini memandang kegiatan bercocok tanam hanya sebagai hobi semata, tanpa menyadari bahwa aktivitas tersebut dapat memberikan manfaat yang jauh lebih besar, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Kesadaran masyarakat terhadap potensi ini menjadi langkah pertama yang harus dibangun dalam program pemberdayaan. Oleh sebab itu, diperlukan dorongan yang tepat agar masyarakat mampu mengenali dan memahami potensi besar yang ada dalam diri mereka maupun di lingkungan sekitarnya.

Setelah kesadaran tersebut mulai tumbuh, langkah berikutnya adalah memberikan dukungan yang lebih konkret melalui berbagai bentuk sosialisasi dan pelatihan. Dalam kasus ini, urban farming menjadi fokus utama karena dianggap relevan dengan kebutuhan masyarakat di Dusun Mrican, yang mayoritas tidak memiliki pengetahuan mendalam mengenai sektor pertanian. Dengan adanya pelatihan ini, perempuan di wilayah tersebut diharapkan mampu mengembangkan keterampilan baru yang dapat meningkatkan produktivitas mereka sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Pengetahuan yang diperoleh menjadi bekal penting untuk mengelola kegiatan secara berkelanjutan, baik dalam mengolah hasil panen maupun mencari peluang pasar yang potensial. Selain itu, masyarakat juga membutuhkan pemberdayaan berupa dukungan fasilitas dan sarana pendukung lainnya. Penyediaan fasilitas ini akan mempercepat pencapaian tujuan program sekaligus menjaga keberlanjutan kegiatan di masa depan. Namun, semua upaya tersebut perlu terus dipantau dan dievaluasi.Tujuannya agar melihat kekurangan dalam program, sehingga perbaikan dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan kegiatan. Proses ini menjadi refleksi penting bagi KWT Srikandi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, KWT Srikandi dapat terus berkembang dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Proses penyadaran potensi, pengkapasitasan melalui sosialisasi dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi pada KWT Srikandi dilakukan dan didukung oleh kemitraan kwt srikandi. Hal ini menunjukkan peran penting kerja sama dan kemitraan.

  1. Rekomendasi untuk Replikasi atau Peningkatan

Dalam upaya memberdayakan masyarakat, untuk ke depannya, diharapkan KWT Srikandi dapat kembali aktif mempromosikan keberadaan kelompok ini beserta berbagai kegiatan positif yang mereka lakukan kepada masyarakat sekitar. Hal ini penting karena jumlah anggota yang tergabung belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, padahal KWT Srikandi terbuka untuk seluruh perempuan di Kelurahan Mrican tanpa terkecuali. Dengan bertambahnya jumlah anggota, tidak hanya akan meringankan pekerjaan yang ada, tetapi juga memberikan manfaat dari segi pendanaan melalui kontribusi uang kas. Peningkatan jumlah anggota juga berarti semakin banyak perempuan yangdiberdayakan

Selain itu, harapan ke depan untuk KWT Srikandi adalah agar lebih aktif menunjukkan bahwa komunitas ini terbuka juga untuk anak muda. Berdasarkan wawancara dengan Ketua KWT Srikandi, Ibu Nur Handayani, disampaikan bahwa KWT Srikandi tidak memiliki kriteria usia tertentu untuk bergabung. Sayangnya, saat ini anggotanya masih didominasi oleh wanita berusia 30-an akhir hingga 40-an. Padahal, peran anak muda sangat penting, terutama dalam mengelola media sosial agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman atau menghadirkan inovasi berbasis digital yang dapat meningkatkan eksistensi KWT. Media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan hasil panen secara lebih luas, sehingga tidak hanya menarik anggota baru tetapi juga meningkatkan penjualan hasil tani. Penting juga bagi KWT Srikandi untuk rutin mengupdate daftar hasil panen yang dijual setiap hari. Dengan cara ini, masyarakat dapat dengan mudah mengetahui produk yang tersedia, sehingga semakin tertarik untuk berinteraksi atau berbelanja dari KWT Srikandi. Melibatkan anak muda tidak hanya memberikan energi baru bagi komunitas, tetapi juga membantu memperluas cakupan kegiatan KWT Srikandi di eradigitalini.

Saran selanjutnya untuk KWT Srikandi adalah mempertimbangkan untuk kembali menjual produk olahan selain produk mentah, karena produk olahan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat menarik lebih banyak minat dari konsumen. Sebelumnya, KWT Srikandi sempat menjual produk olahan, seperti sambal, dan stik wortel. Namun, diberhentikan karena tanaman yang ditanam dan jumlah hasil panen yang tidak konsisten. Untuk mengatasi kendala tersebut, KWT Srikandi diharapkan dapat mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah penanaman tanaman yang lebih konsisten atau menciptakan produk yang lebih bervariatif agar jenis sayur yang dapat diolah lebih banyak. KWT Srikandi juga telah sering mendapatkan sosialisasi mengenai pengolahan makanan, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang ada sebaiknya dimanfaatkan secara maksimal untuk menciptakan produk olahan yang memiliki nilai lebih. Dengan berbagai saran dan masukan yang telah diberikan, diharapkan KWT Srikandi dapat terus berkembang dan mengalami kemajuan yang signifikan dalam setiapkegiatannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, pemberdayaan masyarakat melalui KWT Srikandi dalam memanfaatkan lahan terbatas telah berhasil mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDG), khususnya tujuan ke-2 tentang tanpa kelaparan dan tujuan ke-5 tentang kesetaraan gender. KWT Srikandi hadir sebagai solusi untuk memperkuat ketahanan pangan dengan meningkatkan produktivitas bahan pangan lokal, seperti sayur-sayuran, telur, dan ikan. Program ini bertujuan menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan, sehingga mampu menyediakan persediaan pangan yang terjangkau dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa mengorbankan kualitas. Salah satu komitmen KWT Srikandi adalah memastikan hasil produksinya bebas dari bahan kimia, sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi dan ramah lingkungan. Melalui berbagai kegiatan yang dijalankan, KWT Srikandi tidak hanya mendukung ketahanan pangan dan gizi yang baik, tetapi juga berkontribusi dalam mewujudkan sistem pertanian yang berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, KWT Srikandi berupaya menciptakan dampak jangka panjang yang positif bagi masyarakat lokal.

Selain itu, program ini juga menjadi wadah bagi perempuan untuk berperan aktif dalam mengakses sumber daya, peluang ekonomi, dan pengetahuan baru. Kesempatan ini mendorong para anggota untuk lebih mandiri secara finansial, sekaligus meningkatkan peran mereka dalam mendukung kesejahteraan keluarga. Melalui pelatihan, berbagi pengetahuan, dan pengelolaan sumber daya yang efektif, KWT Srikandi berhasil memberdayakan anggotanya untuk menguasai keterampilan baru yang tidak hanya mengurangi pengeluaran rumah tangga, tetapi juga membuka peluang usaha kecil berbasis pertanian. Keterampilan ini menjadi bekal penting bagi para anggota untuk meningkatkan kontribusi mereka terhadap ekonomi keluarga dan komunitas. Keberhasilan KWT Srikandi tidak hanya menunjukkan potensi besar perempuan dalam pemberdayaan masyarakat, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kelompok lain untuk melakukan hal serupa dalam mendukung pembangunanberkelanjutan. Meskipun memiliki beberapa tantangan, KWT Srikandi mampu secara mandiri mengatasi hal tersebut. Kemandirian dan dukungan dari berbagai pihak telah berhasil membuat KWT Srikandi tetap bertahan dan selalu berkembang hingga saat ini.

(ftrhmn)