Problem Masyarakat Marginal Hingga Karir Menjadi Pemberdaya

M. Joni Yulianto, S.Pd., M.A., M.P.A, Ketua Dewan Pengawas Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB)
Kontruksi mengenai normalitas agaknya memang masih melekat di masyarakat, baik itu dari segi fisik, psikologis, hingga ekonomi. Kelompok yang tidak dalam kategori normal menjadi terpinggirkan tidak memiliki akses yang setara. Salah satunya adalah yang terjadi pada kelompok masyarakat penyandang difabel yang memiliki keterbatasan fisik, hingga masuk dalam kategori masyarakat marginal. Mayoritas sulit berdaya bukan karena tidak adanya kemauan berdaya, namun struktur dan lingkungan yang membuat mereka terjebak pada ketidakberdayaan.
Merujuk pada kompleksnya permasalahan masyarakat marginal, Program Studi Sosiologi Agama menyelenggarakan kuliah umum yang bertajuk “Gerakan, Perjuangan, dan Peluang Karir di Bidang Pemberdayaan Masyarakat Marginal.” Kuliah umum dilaksanakan pada 27 Oktober 2020 secara virtual melalui zoom meeting dan disiarkan secara streaming di Youtube Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga.
Kuliah umum virtual ini dibuka dengan sambutan Wakil Dekan Bidan III, Dr. Shofiyullah MZ, S.Ag., M.Ag. Ia menyampaikan dukungan terhadap diskusi ini, mengingat UIN Sunan Kalijaga merupakan kampus inklusif bagi kelompok marginal khususnya difabel. Hal itu terbukti dengan adanya Pusat Layanan Difabel.
Kuliah dimoderatori oleh Nur Afni Khafshoh, S.Sos.I., M.Sos. selaku dosen Sosiologi Agama, dan menghadirkan narasumber yang ahli dalam bidang pemberdayaan masyarakat marginal. Pertama yaitu M. Joni Yulianto, S.Pd., M.A., M.P.A, penyintas difabel yang menjadi Ketua Dewan Pengawas Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB). Ia dikenal aktivis yang konsen pada advokasi dan pemberdayaan kelompok difabel. Kedua yaitu Dr. Rr. Siti Kurnia Widiastuti, S.Ag., M.Pd., M.A., Dosen Program Studi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga yang juga ahli dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat Marginal.
Menurut Joni, problem mengenai difabel sebagai masyarakat marginal memang cukup kompleks, mulai dari masih adanya marginalisasi dan keterbatasan akses hingga angka kesenjangan masih mencapai hampir 80% di Indonesia. Hal itu terutama terjadi pada akses pendidikan dan pekerjaan di berbagai institusi. Kendati sudah mulai ada celah harapan keterbukaan akses bagi kaum difabel untuk berkarya dan berkiprah, realitanya seringkali justru menimbulkan bentuk marginalisasi baru. Oleh karena itu, Siti Kurnia menggarisbawahi bahwa Program Studi Sosiologi Agama meletakkan konsentrasi khusus melalui kuliah dan praktik pemberdayaan kepada mahasiswa seperti Kuliah Kerja Lapangan. Salah satunya yang sudah dilakukan adalah dengan membangun kerjasama dengan SIGAB. Harapannya adalah mahasiswa kemudian bisa berorientasi menjadi pemberdaya dan membangun kesetaraan bagi masyarakat marginal.
Pada akhir diskusi, Joni menambahkan bahwa peluang karir sebagai pemberdaya kelompok difabel (masyarakat marginal) juga cukup besar. Hal itu berdasar sudah muai banyak lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat difabel atau marginal, dan masih banyaknya problem mengenai masyarakat marginal yang perlu diperjuangkan.
Kendati kuliah umum dilakukan secara virtual, namun tidak mengurangi antusias para peserta dari kalangan mahasiswa hingga dosen. Hal itu dapat dilihat dari respon dan pertanyaan yang disampaikan kepada narasumber. (RI).