Sosiologi Agama Mendukung SDG’S 16 tentang Perdamaian, Keadilan dan kelembagaan yang Tangguh
“MONITORING DAN EVALUASI PEMBELAJARAN/BEST PRACTICE SDG’S PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN”
Judul Laporan
”Dialog dan Interaksi Antar Agama-agama Komunitas Simpul Iman Community (SIM C): Mendukung SDG’S 16 tentang Perdamaian, Keadilan dan kelembagaan yang Tangguh.”
Oleh : Fadilaturrohman (22105040056)
Ringkasan Eksekutif
Komunitas SIM C berdiri dari lingkaran diskusi para mahasiswa dari perbagai kampus di Yogyakarta. Walaupun awalnya hanya berada di bawah-bawah lampu kafe remang-remang di Yogyakarta komunitas SIM C berhasil memberikan dampak yang baik sekaligus membuat revolusi pemikiran terhadap agama-agama yang kompleks di Indonesia. Komunitas SIM C hadir untuk menggaungkan suara perdamaian, toleransi, keharmonisan, dan penghargaan terhadap keyakinan-keyakinan yang selama ini dipandang buruk oleh beberapa agama lainnya. SIM C hadir dengan diskusi, seminar, serta segala inovasi yang membersamainya. Komunitas SIM C memberikan pengetahuan serta merasakan bagaimana penganut agama lain menjalankan ritual keagamaan. Selain itu komunitas SIM C memberikan dampak baik kepada masyarakat lewat kegiatan-kegiatan amal dan kegiatan sosial kebudayaan lainnya, guna menjaga eksistensi budaya dan keharmonisan kepada masyarakat, khususnya di Yogyakarta. Namun selain itu semua komunitas SIM C memiliki tantangan serta butuh akan pengembangan dari berbagai program yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik serta dapat diadaptasikan ke berbagai lingkungan kampus maupun masyarakat.
Latar Belakang dan Tujuan
Indonesia adalah penduduk yang kompleks dan bermacam-macam suku budaya dan agama. Namun setelah masa Orde Baru, Indonesia memiliki fakta yang menarik akan pluralitas, terkhususnya dalam ranah agama. Keberagaman akan penganut agama di Indonesia saat itu semakin marak karena kebebasan sangat dijunjung tinggi. Keragaman ini membuat Indonesia memiliki warna yang bermacam-macam dari banyaknya budaya yang terserap serta banyak juga ideologi yang bertebaran. Akan tetapi, semua itu tidak hanya berbuah manis ada juga kepahitan yang mengiringinya, seperti lahirnya paham-paham fundamentalis yang ekstrem, hal demikian menghasilkan pandangan bahwa satu agama adalah agama yang paling benar sehingga menafikan agama yang lain. Hal demikian memercikkan api permusuhan dari pelbagai kalangan dengan mengatasnamakan agama. Seperti pelarangan pelaksanaan ritual keagamaan, penutupan bahkan perusakan rumah ibadah, penolakan antar agama, dan tidak jarang ujaran kebencian menguap di atap-atap rumah ibadah di Indonesia.
Karena ketimpangan tersebut dari kalangan mahasiswa muncul sebuah ide utnuk meminimalisirnya. Maka dari itu terbentuklah sebuah dialog interreligius yang bersifat tidak formal. Kegiatan tersebut berupa dioalog antar pemeluk agama dari mahasiswa UGM, UIN Sunan Kalijaga, Dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Otput dari kegiatan dialog tersebut diharapkan supaya adanya rasa penghormatan serta penghargaan pada pluralitas, tekhusus agama. Dengan adanya penghormatan dan penghargaan yang dicapai, diharapkan kekerasan yang dilakukan dengan mengatasnamakan agama tidak terluang kembali.
Setelah itu, tepatnya pada tahun 2005 dialog interreligius yang dilaksanakan di Yogyakarta dibuat sebagai lembaga resmi sebah komunitas yang berfokus pada dialog antar agama dan aksi sosial dari pelbagai komunitas agama. Komunitas tersebut diberi nama Simpul Iman Community (SIM C) yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi UIN Sunan Kalijaga, Universitas Sanata Darma (USD) dan Universitas Duta Wacana (UKDW) dan pada tahun 2007 terbentuklah sebuah seminar kolaboratif dari universitas-universitas di atas. SIM C bertujuan untuk menciptakan wadah bagi para mahasiswa untuk berdialog dan bertukar pengetahuan teologis antar agama satu sama lain seperti komunitas agama Ahmadiyah, Kejawen, Hindu Buddha dan lain sebagainya, serta kegiatan sosial yang berdampak langsung kepada masyarakat seperti bakti sosial, gotong royong dan lain sebagainya. Wadah ini dijadikan sebagai penyambung persaudaraan secara emonisonal bagi para anggota komunitas serta menjalin relasi dengan umat agama lain yang ada di Yogyakarta.
Merujuk dari visi dan misi komunitas SIM C. Simpul Iman Community (SIM C) hadir sebagai wadah bagi mahasiswa dan mahasiswi yang tertarik dengan isu-isu lintas keagamaan. Hal demikian diharapkan dapat memperkuat hubungan antar umat beragama dan mengatasi serta meminimalisir adanya rasa curiga yang mungkin ada dari satu komunitas satu dengan yang lainnya. Dan mewujudkan mahasiswa yang kolaboratif, kompeten, kreatif, inovatif dan berintegritas tinggi. Melalui langkah-langkah kecil dan sederhana yang diberikan oleh anggota komunitas semoga dapat membentuk model interaksi, dampak positif dan keharmonisan di dalam komunitas kegamaan di Indonesia kedepannya. Untuk menciptakan ruang yang ramah dan inklusif diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan pemahamannya tentang komunitas kegamaan dengan lebih komperhensif. Dengan demikian SIM C berusaha menjadi bagian untuk mewujudkan kerukunan dan membumikan kedamaian di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Deskripsi Praktik Baik atau Pembelajaran
Langkah-langkah Implementasi
Sebelum diresmikan sebagai komunitas dan dilegalitaskan sebagai BOM F, SIM C hanyalah sebuah lingkaran diskusi biasa dari beberapa universitas di Yogyakarta. SIM C menawarkan kegiatan yang baru dari sebelum-sebelumnya yang biasanya diskusi melulu mengenai filsafat dan ekonomi, SIM C hadir sebagai pembeda. SIM C memberikan ruang diskusi tentang agama-agama yang di mana agama di yakini sebagai sesuatu keyakinan yang sudah final dan tidak dapat didiskusikan, apalagi diperdebatkan lagi, seolah agama adalah warisan dari zaman purba yang tidak dapat di pertanyakan atau sekedar dibicarakan kembali.
Hal ini menjadi lentera bagi Indonesia yang memiliki masyarakat homogen untuk menghormati dan menghargai keyakinan yang berbeda-beda serta menjaga keharmonisan di dalamnya. Setelah SIM C hadir sebagai BOM F ia menjadi lebih terorganisir dan lebih terlaksana dengan baik. Langkah-langkah awal dari implementasi SIM C adalah dengan mengadakan forum diskusi yang lebih kekeluargaan, memberikan ruang yang hangat dalam setiap diskusinya sehingga bukan hanya ilmu yang didapatkan akan tetapi unsur kekeluargaan juga. Yang menjadi objek dalam komunitas SIM C adalah para mahasiswa yang lebih bergelora dalam mendalamai keilmuan, kendati masyarakat muda lah—mahasiswa terkhusus, yang akan memimpin bangsa Indonesia kelak. Dan berkat partisipasi dan kesadaran para mahasiswa yang ada di Yogyakarta yang haus akan keilmuan SIM C dapat berjalan dengan lancar, semestinya.
Selain diskusi sebagai pengisi gelas kosongnya, belajar langsung ke rumah ibadah untuk merasakan bagaimana praktik keagamaan serta menjaga tali silaturahmi dengan teman-teman lintas agama adalah langkah jitu kedua. Upaya mempelajari tanpa merasakan adalah omong kosong belaka. Semua harus dipelajari untuk memberikan dampak yang signifikan terhadap komunitas SIM C. Balajar tetang teori diperlukan serta merasakan bagaimana praktik ritual umat beragama yang lain. Semua itu dirawat untuk menjalankan misi sebagai perdamain dan keharmonisa umat beragama di Indonesia. Selain merasakan dan belajar bagaimana umat beragama yang lain implementasi lainnya adalah menghadirkan inovasi-inovasi seperti gerakan sosial baik andil langsung sebagai pelaku atau memberikan gagasan-gagasan yang baru guna menghadirkan relasi dengan masyarakat sekitar.
Sumber Daya yang Digunakan
Sumberdaya yang digunakan oleh komunitas SIM C sebgain besarnya adalah dari kampus, seperti administrasi yang diberikan oleh fakultas setiap tahunnya—walaupun sedikit repot mengurusnya. Selain itu, dari HMPS, seminar, dan beberapa donatur yang diberikan secara cuma-cuma. Terkadang dari pihak pengurus juga mengirimkan proposal kepada lembaga-lembaga yang relevan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Tidak ada donatur tetap dalam kegiatan SIM C semua berjalan mandiri. Sebagai komunitas yang independen, SIM C tidak mundur dengan menggunakan dana yang ada dari para anggotanya dan para dermawan, walaupun tidak banyak tapi kegiatan tetap berjalan. Seperti yang diungkapkan oleh Nanang “Walaupun kami tidak memiliki dana yang banyak tapi alhamdulillahnya setiap kegiatan berjalan dengan sukses. Entah, tiba-tiba ada saja uang masuk, baik dari teman-teman ataupun dari para dermawan para pastur dan suster.” Semua hal tersebut berangkat dari kekeluargaan yang hadir di dalam komunitas.
Kerja Sama dan Kemitraan
Secara konkret tidak ada kerja sama atau kemitraan dan sejenisnya yang terikat secara struktural. SIM C tidak terikat akan kerja sama dengan lembaga lain, kendati ia berdiri sendiri dengan topagan dari dalam. Akan tetapi SIM C sering diberikan sebuah kerja sama yang tidak terikat dari beberapa komunitas sosial dan ekologi yang ada di Yogyakarta, seperti komunitas pecinta ekologi Yogyakarta, gereja-gereja dan kelenteng yang ada di Yogyakarta. Karena selain dalam pembentukan kader yang moderat dengan toleransi yang tingggi SIM C bergerak dalam kegiataan sosial. Jadi terkadang kegiatan-kegiatan yang sifatnya di laur komunitas SIM C membutuhkan tenaga mereka serta yang dapat mereka berikan hanya tenaga dan pikiran.
Namun secara konkret, komunitas SIM C ini bermitra dengan lembaga-lembaga kampus seperti prodi, falkultas, HMPS dan UKM lainnya. Kemitraan dengan pihak kampus memang benar adanya karena SIM C termasuk dari bentuk BOM F. Kemitraan dengan pihak kampus memberikan dampak pada kegiatan mahasiswa dan mengajarkan toleransi keberagamaannya. Kendati, kemitraan ini dapat menghadirkan sebuah dorongan mengadakan kegiata-kegiatan yang bermanfaat, seperti diskusi, seminar, dialog dan lain sebagainya.
Inovasi yang Dilakukan
Inovasi yang dilakukan oleh komunitas SIM C yang terlihat saat ini adalah adanya bentuk seminar berkedok promosi komuitas SIM C yang baru saja kemaren dilakukan di UKDW. Bentuk seminar yang dipaparkan juga menarik, tidak seperti seminar-seminar pada umumnya yang terkesan tegang dan satu arah. Seminar yang dilakukan SIM C bersifat dialogis. Jadi bukan hanya pemateri yang berbicara tapi dari audiensnya juga. Selain itu ada model diksusi scriptural reasoning yaitu perenuangan terhadap teks-teks agama masing-masing. Menariknya mode diskusi scriptural reasoning bukanlah pencarian kesepaktan akan suatu teks namuan eksplorasi pemahaman teks dari berbagai agama. Hal ini merupakan sebuah proses untuk mandapatkan pemahaman yang lebih mendalam akan suatu kitab suci dari agama lain maupaun agamanya sendiri, serta memberikan hubungan antar komunitas agama, sehingga terbentuknya hubungan yang lebih baik antar umat beragama.
Selain itu, kunjungan rumah ibadah merupakan suatu inovasi konkter yang dilakukan oleh komunitas SIM C. Langkah ini diambil untuk meningkatkan pemahaman akan praktik keagamaan serta menghargai rumah-rumah ibadah atau tempat suci yang dimiliki oleh pelbagai agama. Pada konteks masyarakat yang saat ini kompleks dan beragam kegiatan ini sarat dilakukan untuk membangun toleransi akan perbedaan agama lain. Selain memberikan dampak positif untuk kedepannya, komunitas SIM C juga belajar banyak dan memberikan pemahaman luas dari mereka untuk mengenal lebih dalam bagaimana ritual yang dilakukan oleh agama lain secara lebih dekat serta menguarangi prasangka dari ketidaktahuan.
Selain seminar dan kunjungan ke rumah ibadah, SIM C juga memberikan gebrakan telak untuk Indonesia yang di mana dari tahun ke tahun diskusi tentang ucapan ’selamat merayakan hari raya’ bagi umat beragama non Islam mengaung baik real live maupun di media sosial seolah diskusi tersebut adalah diskusi yang tidak ada akhirnya. SIM C di sini malah ikut mengujungi perayaan hari besar agama-agama seperti Hindu, Buddha, dan Kristen. Mereka hadir dalam kegiatan hari raya agama lain bukan kepada afirmasi kebaikan maupun seolah ia taslim akan keyakinan agama-agama lain akan tetapi kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan sebuah komitmen untuk mendukung kerukunan antar umat beragama yang merupakan aspek penting untuk membangun sebuah masyarakat yang harmanis dan toleransi, bukan menghakimi dan memberikan klaim baik buruk yang nantinya hanya akan menimbulkan huru-hara.
Peta Model Pemberdayaan
Hasil dan Dampak
Indikator Kinerja
Di antara suatu program pemberdayaan salah satu indikator yang paling kentara untuk mengukur berhasil atau tidak programnya adalah dapat dilihat dari meningkatnya kualitas hidup dari anggootanya. Salah satu tolak ukur keberhasilan dalam komunitas SIM C adalah dengan menciptakan ruang dialog linatas agama yang hangat. Saling berbagi pemahaman tetang keyakinan satu sama yang lain tanpa takut adanya prasangka buruk dari lawan bicaranya. Memang secara konkret semua itu tidak dapat diukur, namun semua itu bisa dirasakan. Melihat bahwa tidak ada perbedaan yang perlu diperdebatkan atau malah disalahkan. Semua itu adalah anugrah Tuhan yang perlu di sukuri. Meningkatnya kualitas hidup para anggota komunitas SIM C dengan menghilangkan stereotip akan agama lain serta menghargai perbedaaan keagamaan lainnya.
Selain meningkatnya kualitas hidup anggotanya, pemberdayaan dapat diukur berhasil kalau semua itu berkeberlanjutan. Kegiatan seperti seminar, diskusi, kunjungan ke rumah ibadah dijalankan dengan penuh khidmat dan terstruktur. Walaupun tidak ada agenda tepatnya kapan saja akan tetapi semua itu berjalan denga baik dan teratur setiap bulannya. Kegiatan yang berlangsung setiap bulan itu menjadi runitas yang selalu melekat kepada komunitas SIM C semua itu diharapkan dapat memberikan dampak baik kepada anggota. Namun, semua itu terkadang membosankan. Maka dari itu terkadang ada agenda-agenda yang secara tiba-tiba terjadi—ya walaupun sebatas ngopi, sebagai mediasi untuk meningkatkan keakrabann dari pada teman-teman komunitas SIM C.
Peningkatan kualitas hidup dan keberlanjutan akan hanya menjadi omong kosong belaka tanpa adanya partisipasi anggota komunitas SIM C. Mahasiswa yang bergabung tidak hanya hadir sebagai peseta pasif, akan tetapi terlibat aktif falam setiap kegiatan. Maka dari itu partisipasi dari pelbagai latar belakang agama di dalam komunitas SIM C sangat diperlukan untuk menunjang diskusi yang lebih menarik dan luas serta meberikan ruang berbicara atau aktif menanggapi sebagaimana diskusi bisa berjalan dengan baik dan hangat. Pastisipasi tersebut sampai sekarang masih berjalan dengan baik. Namun, ada PR dari komunitas SIM C untuk meningkatkan ranah kebergamaan dari selain Islam dan Kristen saja, langkah kedepannya akan memberikan ruang dan menarik minat dari komunitas kegamaan yang lainnya. Diharapkan kedepannya komunitas SIM C diisi dengan orang-orang yang beragama dari pelbagai aliran agama yang ada di Indonesia, baik yang resmi maupun tidak resmi.
Bentuk kinerja yang menjadi penunjang lainnya adalah sumber daya keuangan. Ya, walaupun semua itu berasal dari kantong-katong komunitas SIM C yang tidak seberapa akan tetapi semua kegiatan tetap berjalan dengan baik dan sukses. Akan tetapi dengan pertimbangan yang matang dan tidak muluk-muluk guna menanggulangi minus yang berlebihan. Kedepannya, komunitas SIM C akan lebih menggaungkan suaranya untuk berkontribusi pada perdamaian dan keharmonisan masyarakat Indonesia supaya banyak orang-orang yang melek akan perbedaan. Selain itu juga untuk memberikan ruang yang lebih dan pendanaan yang memadai guna mendapatkan semua yang diinginkan.
Dampak pada Komunitas
Dampak positif kepada komunitas dan luar komunitas dari komunitas SIM C adalah meningkatkan toleransi, rasa hormat, dan memberikan dampak perdamain kapada mahasiswa, sekaligus menjadi sebuah langkah kecil menuju Indonesai yang menerima semua keberagamaan. Selain dampak yang dirasakan oleh komunitas tentang hilangnya perasangka buruk terhadap umat beragama lainnya, mereka juga merasa dilatih kepekaan sosialnya lewat kegiatan-kegitan sosial yang di adakan oleh komunitas SIM C seperti bakti sosial, kegiatan amal, dan kegiatan lingkungan. Komunitas SIM C juga mendaptkan sudut pandang yang positif kepada umat beragama lainnya. Dampak lainnya komunitas SIM C juga mendapatkan teman sekaligus keluarga dari berbagai kalangan agama dan masyarakat, mereka merasa berguna dengan memberikan apa yang dapat mereka berikan. Lewat diskusi yang intens dan kegiatan diskusi yang rutin mereka mendapatkan teman-teman baru sekaligus keluarga yang hangat. Dampak positif lainnya adalah komunitas SIM C secara percaya diri memberdayakan masayakat baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat lainnya. Komunitas SIM C seacara bersama-sama dengan model yang sederhana memberikan sebuah formulasi baru yang bermanfaat terhadap masyarat, dan tentunya kepada mereka juga.
Dampak positif lainnya yang dirasakan oleh komunitas SIM C adalah semakin kritis menyikapi berbedaan dan tidak menghakimi terhadap pelbagai berita-berita kepada suatu agama yang berseliwerna di media sosial, khususnya berkaitan dengan agama. Semua itu berkat dari diskusi dengan teman-teman lintas agama serta ikut langsung hadir ke rumah-rumah ibadah merasakan bagaimana sikap dan perilaku umat-umat beragama dengan hal ini semua dapat memberikan secercah cahaya kapada komunitas SIM C seperti; berpikir kritis dan menyaring berita-berita mana yang benar adanya dan berita mana yang diframing guna mendapatkan kehebohan semata. Seperti halnya ketika tahun baru atau perayaan hari raya salah satu agama bagi komunitas SIM C itu semua sudah tidak relevan lagi untuk diperdebatkan.
Kisah Sukses atau Testimoni
Kisah sukses komunitas SIM C sebagai komuntias yang bergerak kepada bidang perdamaian, toleransi dan kegiatan sosial budaya lainnya dapat dilihat dari berbagai kepercayaan dan dampak positif kepada masyarakat. Diantara kepercayaan masyarakat adalah dengan sering melibatkan anggota-anggota komunitas SIM C terhadap kegiatan-kegiatan sosial dan kegamaan, seperti disuruh mengisi seminar tentang apa itu SIM C dan bagaimana mengahadapi perbedaan yang terjadi di masyarakat Indonesia saat ini. Selain itu, komunitas SIM C juga mendapatkan kepercayaan kepada para pendeta, suster, maupun pastor yang ada di Yogyakarta, merek sering di undang untuk menghadiri seminar dan hari-hari perayaan keagamaan mereka. Dan tidak jarang mereka mendapatkan bagian pembicaraan untuk mengenalkan agama masing-masing dan memberikan edukasi kepada audiens tentang perdamaian dan menerima perbedaan.
Testimoni terhadap komunitas SIM C menunjukkan kepuasaan yang tinggi dari berbagai macam kegiatan yang diberikan dan ilmu yang didapatkan. Dari pelbagai diskusi dan kegiatan yang tidak membosankan beberapa anggota yang ikut komunitas SIM C merasa perlu mempelajari hal-hal yang dianggap kurang relevan, padahal sangat masih relavan. Apalagi kegiatan yang penuh inovasi serta hal-hal baru yang diberikan tidak membuat bosan mengikuti komunitas SIM C. Hal demikian menunjukkan, bahwa meskipun komunitas SIM C memberikan langkah-langkah kecil kepada toleransi dan hidup rukun akan tetapi semuanya dapat memberikan dampak positif, sekaligus berdampak memuaskan kepada masyarakat ataupun komunitas.
Kisah sukses dari beberapa alumni komunitas SIM C yang pertama adalah Frater Bayu. Frater adalah sebutan untuk lelaki beragama katolik yang mengabdikan hidupnya kepada Tuhan dan tinggal di seminari hingga akhir hayatnya. Ftarer sering dikenal sebagai pendidikan khusus untuk menjadi pastor. Frater Bayu awalnya juga menjadi anggota komunitas SIM C, hingga akhirnya melanjutkan pendidikannya untuk menjadi pastor di Condong Catur. Setelah mendapatkan bekal dari kampus dan SIM C Frater Bayu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar lebih dalam terhadap ilmu keagamaan, terkhusus agama Kristen.
Selain Bayu ada juga Ahmad Shalahuddin Mansur. Setelah menempuh jenjang pendidikan di UIN Sunan Kalijaga dengan memilih prodi Tafsir Hadis (sekarang berganti menjadi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir) Ahmad menempuh pendidikan pascasarjana di falkultas teologi di UKDW. Walaupun dididik dan lahir dari rahim Islam, Ahmad merasa perlu belajar tentang agama Kristen, hingga sekarang Ahmad tetap aktif di komunitas SIM C maupun yang lainnya yang berbau tetang keberagamaan dan toleransi. Ahmad dan Bayu menjadi contoh konkret testiomni alumni SIM C yang berhasil dari komunitas tersebut. Mereka berhasil memberikan dampak yang nyata kepada masyarakat dan dirinya sendiri akan sebuah perbedaan dan melanjutkan karir di sana. Sebenarnya kalau membahas kisah sukses dari komunitas SIM C sangatlah banyak, akan tetapi penulis merasa cukup menuliskan dua saja.
Tantangan dan Cara Mengatasinya
Ada beberapa tantangan yang penulis dapatkan melalui wawancara dari pengurus dan anggota SIM C. Faktor-faktor tersebut diklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Semua faktor tersebut dapat memberikan dampak yang kurang mengngenakkan kepada komunitas SIM C kedepannya. Fakor-faktor tersebut diantaranya:
Faktor Internal
Faktor intenal yang menjadi tantangan di dalam komunitas SIM C muncul dari proses interaksi yang dilakukan anggota komunitas dengan lingkungan sekitarnya.
-
Kurangnya Pemahaman Keagamaan
Keterbatasan pemahamaan agama yang menjangkit masing-masing individu menjadi hambatan pertama di dalam komunitas SIM C. Kurangnya peamahaman tersebut menjadi hambatan bagi para anggota untuk berinteraksi dengan anggota yang lain apalagi dengan perbedaan agama. Apalagi dengan adanya stereotip yang membentuk kesenjangan diantara masing-masing indivudu terhadap agama lain. Prasangka buruk terhdap agama lain dapat memberikan dampak buruk dalam berinteraksi serta memberikan jarak secara emosional antar anggota komunitas. Biasanya hal ini didasari karena kurangnya pengetahuan dan kurang dalamnya terhadap pemahaman agamanya sendiri atau agama yang lain.
-
Idelaisme Agama
Bagi individu yang sangat berpegang teguh terhadap idealisme kegamaan yang sudah ia pegang sejak lahir terkadang sering kurang perhatian dengan kepemilikan agama yang lain. Hal demikian terjadi karena tidak adanya edukasi secara mendalam terhadap agama selain yang ia anut. Bagi seseorang yang sangat berpegang teguh dengan identitas agamanya sering kali enggan untuk menerima perbedaan pandangan dari perbedaan keagamaan orang lain. Kekolotan ini juga dapat memicu adanya ketidak sinambungan dalam berdialog ketika diskusi maupun berinteraksi beda keyakinan.
Selain itu traumatik-traumatik dan doktrin-doktrin yang sudah mereka pegang sejak dahulu terkadang masih membekas sampai sekarang, dampaknya dapat mempengaruhi interaksi dan dialog agama tersebut. Contohnya adalah; salah satu peserta diskusi di dalam penerimaan kader SIM C di UKDW pernah memberikan tanggapan dan keluh kesahnya ketika di dalam forum, ia mengaku dahulu sangat benci dengan umat muslim dikarenakan pada waktu itu ia sering melihat berita tentang pengeboman gereja dan pelarangan umat kristiani beribadah, hal tersebut dilakukan dengan dalih jihat menuju jalan Allah dengan adanya berita-berita yang bertebaran di media sosial ia semakin ragu dengan umat Islam. Namun, ketika sudah ke kuliah ke Yogyakarta tepatnya di UKDW pandangannya semakin terbuka, bahkan ia sekarang melihat orang-orang yang jihad dengan merusak rumah ibadah non Islam bukanlah Islam itu sendiri.
-
Interaksi Sosial
Beberapa narasumber memberikan pengakuan atas kurangnya keterampilan interaksi sosial yang dapat menghambat dialog antar agama yang terjadi di dalam komunitas SIM C sehingga terkadang hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi pemahaman akan keberagamaan tersebut. Keterampilan interaksi sosial tersebut mencakup pelbagai kemampuan yang cenderung lebih esensial, seperti; berkomunikasi secara efektif, menunjukkan empat, dan mendengarkan secara aktif. Kecakapan interaksi sosial ini sangat berpengaruh terhadap komunikasi dan dialog yang terjadi di dalam komunitas SIM C. Hal demikian dapat memberikan dampak kepada salah satu pihak yang merasa kurang dihargai dan kurang dipahamai.
Kurangnya kecakapan interaksi sosial ini juga didasari dari latar belakang yang berbeda. Seperti adat mahasiswa UIN yang terlalu serawung atau akrab, terkadang keakraban yang ditonjolkan oleh mahasisawa UIN kurang ramah di mahasiswa UKDW atau USD. Perbedaan kultur yang lain juga berpengaruh terhdap pengembangan interaksi di dalam komunitas SIM C.
Faktor Eksternal
Selain faktor internal ada juga faktor eskternal yang penulis temukan ketika wawancara dengan beberapa narasumber. Dan faktor eksternal ini tidak kalah berpengaruhnya terdahap komunitas SIM C. Tantangan atau hambatan eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu anggota komunitas
-
Stereotip Masyarakat
Tantangan pertama dan yang paling riskan yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dan observasi beberapa kegiatan di dalam SIM C adalah prasangka terhadap agama tertentu. Hal ini terjadi karena adanya pandangan yang tidak mengenakkan terhadap suat agama yang terbentuk dari pengalaman, berita di media sosial atau bahkan hanya ketakutan-ketakutan yang mereka dapatkan—di dalam pikiran, sehingga menciptakan ruang diskusi yang kurang hangat.
-
Instansi Perguruan Tinggi
Kurangnya dukungan dari pihak universitas sangat berdampak di dalam komunitas SIM C. Terlebih di UKDW belum adanya legalitas dari universitas untuk membentuk BOM F sehingga mengakibatkan keterbatasan dalam pelaksanaan kegiatan dan pengembangan komunitas, karena di UIN dan di USD sudah menjadi BOM F. Selain itu, minimnya partisipasi dari pihak universitas untuk mendukung dan berpartisipasi di dalam kegiatan SIM C juga berpengaruh dalam aspek administrasi.
-
Lingkungan Tempat Tinggal
Bagi teman-teman komunitas yang berada di biara atau asrama cukup mendapatkan hambatan dalam prihal perizinan dan akses transportasi. Hal ini dapat berdampak pada peetemaun atau perkumpulan sesama anggota SIM C. Walaupun mereka hiudp di dalam biara yang satu tetapi beda-beda kongregensi jadi peraturan yang diberikan juga berbeda, selain itu walaupun untuk mendapatkan izin terkadang akses untuk ke acara kegiatan tersebut terlalu susah kalau jauh karena mereka hanya memiliki akses sepeda di biara.
Strategi Mitigasi dan Rekomendasi
Untuk mengatasi faktor internal dalam masalah tantangan yang menimpa SIM C adalah dengan meningkatkan pemahaman para anggota komunitas atas agama-agama yang menurut meraka salah atau adanya unsur kecacatan di dalamnya. Dan tentunya, terlebih dahulu mengenal lebih dalam atas agama mereka masing-masing supaya tidak adanya kecacatan nantinya, karena terkadang kurangnya pemahaman dari internal agama membuat pandangan yang sempit dan tidak adil. Selain itu pemahaman akan agama yang dalam akan lebih mengenal dengan adanya kesamaan dengan agama yang lain, sehingga hilanglah rasa idealisme atau superioritas di dalam dirinya serta tidak merasa paling benar dan yang lainnya salah. Selain itu para anggota komunitas SIM C juga terlebih dahulu mengenal tradisi atau habist lawan bicaranya supaya lebih mengenal lebih dalam ketika berinteraksi serta tidak menimbulkan kesalahpahaman antara satu sama lainnya. Diusahakan untuk tidak menerapkan budaya-budaya yang kurang relevan ketika berinteraksi. Semua ini penting untuk menunjang keberhasilan baik dalam komunitas maupun ketika diskusi.
Sedangkan untuk faktor-faktor eksternal yang hadir dari stereotip masyarakat memang sedikit sulit untuk menghilangkannya kendati hal tersebut sudah tertanam bahkan sejak kecil sehingga mengakar sampai sekarang. Namun, ada beberapa tips untuk mengatasinya yaitu dengan menyadarkan masyarakat bahwa kita itu sama, setidaknya sama dalam negara yang demokrasi atau apabila itu semua tidak berguna solusi terakhir adalah biarkan meraka mengatakan bagaimana pun, ”Udah, Mas, memang terkadang ada hal-hal yang hadir untuk tidak dipedulikan.” kendati faktor eksternal adalah faktor yang sepenuhnya dilaur kendali kita, mau sekeras dan seberusaha apapun untuk menghilangkannya kalau ada yang tidak suka maka tetap akan sama saja.
Perihal pihak kampus yang kurang berpartisipasi dengan komunitas SIM C adalah masalah yang diluar kontrol komunitas. Komunitas SIM C hanya bisa berharap adanya regulasi yang lebih baik kedepannya. Begitulah kira-kira tanggapan dari teman-teman komunitas SIM C—terutama yang berada di UIN. Dukungan dari pihak internal kampus memang sangat diharapkan suapaya tidak adanya kecacatan di dalam organisasi nantinya. Sedangkan untuk kondisi yang berada di biara cara mengatasinya adalah dengan memberikan info jadwal kumpul dari dua minggu sebelumnya, sehingga bisa memastikan bisa atau tidaknya menghadiri acara kegiatan SIM C dan sudah diusahakan untuk tempat pelaksanaannya di sekitar biara biar tidak memberikan keberatan terhadap teman-teman yang berada di sana. Serta memberikan alasan-alasan yang tidak dibuat-buat untuk meyakinkan rektor atau pimpinan biara. Semua upaya-upaya ini dilakukan supaya ketika setiap kegiatan dapat berjalan dengan lancar serta tidak ada salah satu pihak yang merasa terbebani.
Pembelajaran dan Rekomendasi
Pembelajaran Utama
Pembelajaran utama yang dijalankan oleh komunitas SIM C berfokus kepada upaya edukasi dan pengetahuan serta membentuk mahasiswa yang toleran dan menerima perbedaan. Memberikan edukasi akan perbedaan yang harus dihormati dan dihargai dengan mengadakan seminar dan diksui-diskusi serta kunjungan ke rumah-rumah ibadah merupakan langkah utama membentuk mahsiswa yang moderat. Pembelajaran diskusi dengan penuh inovasi supaya tidak membosankan merupakan langkah utama untuk memberikan sebuah lingkungan dan ruang yang tidak menjenuhkan.
Sebenarnya kalau diruntut dari awal banyak sekali kegiatan yang dijalankan oleh komunitas SIM C. Diantaranya adalah seminar dan diskusi. Seminar tematik upaya untuk memungkinkan diskusi dan analisis yang mendalam akan topik-topik yang berkaitan dengan agama dan dampaknya terhadap masyarakat. Di dalam kegiatan seminar ini semua mahasiswa diajak untuk berpikir kritis, perenungan, dan berdiskusi tentang bagaimana agama membentuk individu serta sarat akan nilai-nilai sosial.
Setelah diadakannya seminar biasanya mahasiswa akan diberikan waktu untuk bertanya dan berdiskusi dengan pemateri dan tidak jarang pula setelah seminar di adakan kelompok-kelompok diskusi untuk mengulas ulang dan mengkritisi penyampaian yang dilakukan oleh pemateri. Dengan demikian para anggota Komunitas SIM C dapat memberikan pandangan dan mengevaluasi pemahaman mereka masing-masing. Hal demikian dapat membantu mahasiswa untuk memahami peran agama dalam kehidupan masyarakat sekarang.
Selain hal tersebut, ada juga kegiatan utama di dalam komunitas SIM C yaitu kegiatan sosial dan budaya. Sepertihalnya festival keberagaman yang di isi dengan kegiatan pertunjukan seni, seperti musik, teater, tarian dan pelbagai budaya lainnya. Hal ini bertujuan menampilkan keragaman dan keindahan. Selain acara tersebut sebagai hiburan acara tersebut juga menjadi wadah kolaborasi dan ajang untuk saling mengenal antar mahasiswa linatas agama. Seperti contohny adalah Festival Jazz Kotabaru yang diinisiasi oleh beberapa komunitas lintas iman, seperti anak muda Gereja St. Antonius Kotabaru, Anak Muda Masjid Ayuhada, pemuda Kampung Kotabaru, aktivis kebudayaan di Yogyakarta, dan berbagai mahasiswa. Selain festival ada juga kegiatan sosial lainnya seperti proyek-proyek lingkungan atau ekologi—membersihkan sampah Sungai Gowok dll, pembangunan fasilitas umum dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan mahasiswa.
Kendati selain belajar tentang perbedaaan dan penghargaan komunitas SIM C juga berusaha untuk berkontribusi baik kepada masyakakat dengan membantu dan ikut berpartisipasi terhadap kegiatan sosial kebudayaan yang ada di yogyakarta. Walaupun semua itu bukan rangkaian yang tersetruktur, namun bisa dipastikan hampir setiap bulan kegiatan amal dan ekologi dilakukan oleh SIM C dengan bantukan kolabolator komunitas yang ada di yogyakarta.
Rekomendasi untuk Replika atau Peningkatan
Rekomendasi untuk replika atau peningkatan seperti komunitas SIM C sangat penting untuk diterapkan di lokasi-lokasi lain, baik di pedesaan terlebih diperkotaan yang mangandung masyarakat yang majemuk. Dalam konteks menjaga perdamaian dan toleransi di Indonesai komunitas SIM C sangat memberikan manfaat yang banyak. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi dan pembelajaran kepada mahasiswa maupun masyarakat tetang keberagaman dan toleransi. Hal demikian patut disebarluaskan di Indonesia khususnya, mengingat Indonesia masih sering memberikan ketidaksetaraan bagi umat-umat beragama lainnya. Selain itu, SIM C juga menawarkan kegiatan yang tidak membosankan dan pastinya penuh makna. Kegiatan yang yang memberika dampak positif ini layak untuk menjadi sebuah gerakan yang masif.
Walaupun kegiatan komunitas SIM C hanya diikuti oleh kalangan mahsiswa dan mahasiswi akan tetapi kegiatan, visi dan misinya relevan dengan semua kalangan baik yang muda atapun yang tua. Selain berkuntrobusi terhadap toleransi dan moderasi di Indonesia komunitas SIM C juga memberikan kontribusi yang kentra kepada masyarakat dan budaya. Hal demikian menjadi penting sekali untuk diterapkan di daerah-daerah lain supaya kedamaian, keharmonisan, dan kesenjangan di dalam masyarakat semakin berkurang. Point sosial dan budaya juga sangat relevan saat ini mengingat di era media maya sekarang makin banyak budaya-budaya masuk sehingga dapat memberikan dampak buruk kepada budaya masyarakat Indonesia sendiri. Memang kita perlu memberikan ruang kepada mereka yang masuk, akan tetapi semua itu bukan berarti mengkikis budaya masyarakat kita sendiri. Masih dengan era yang sama yaitu era digital yang di mana media sosial sudah menjadi dunia kita patut untuk berhenti sejenak untuk melihat sekitar kita yang membutuhkan. Sehingga kita lebih peka terhadap lingkungan sekitar, bukan hanya bergelut di dunia yang maya.
Selain hal di atas komunitas SIM C tidak semata-mata benar belaka tanpa kecacatan. Melalui wawancara dari pihak pengurus dan anggota ada beberapa masukan yang perlu untuk menunjang komunitas SIM C kedepannya. Salah satunya adalah dengan menggait orang-orang dari kalangan selain Islam dan Kristen. Kendati mereka sendiri merasa kurang kalau hanya sebatas kunjungan rumah ibadah di kelentang ataupun selainnya, mereka butuh kawan diskusi yang dari pelbagai komunitas agama baik diakui atau tidak oleh pemerintah yang ada di Indonesia. Hal demikian perlu karena umat beragama yang ada di Indonesia bukan hanya Islam dan Kristen. Selain itu, pengorganisasian kegiatan juga perlu ditingkatkan lagi, karena kalau melihat lebih tersturktur akan lebih terlihat baik kedepannya serta mudah untuk dievaluasi ketik ada sesuatu yang kurang.
Kesimpulan
Simpul Iman Community (SIM C) adalah komunitas mahasiswa dari pelbagai universitas di Yogyakarta seperti UIN Sunan Kalijaga, Universitas Sanata Darma (USD), Universitas Duta Wacana (UKDW) yang berfokus pada dialog lintas agama serta aksi sosial dan budaya. Pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SIM C patut untuk di contoh oleh instansi pendidikan maupun masyarakat lainnya. Kendati, memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan akan perbedaan dan keberagaman. SIM C memberikan ruang publik yang luas serta mengajarkan toleransi yang apik, melalui seminar, dialog lintas agama dan metode diskusi yang inovatif seperti scriptual reasoning. Selain menyuguhkan materi-materi serta dialog lintas agama SIM C juga memberikan misi untuk merasakan bagaimana ritual agama lain dijalankan melalui kunjungan rumah-rumah ibadah yang ada di Yogyakarta. Selain itu SIM C juga aktif dalam kegiatan sosial kebudayaan seperti ikut andil dalam kegiatan bersih-bersih, amal, dan berpartisipasi pada kegiataan kebudayaan di Yogyakarta.
Dampaknya menciptakan ruang dialog yang nyaman dan hangat bagi mahasiswa lintas agama. SIM C membantu mengurangi stereotip negatif dan meningkatkan pemahaman antar anggota serta rasa meningkatkan toleransi yang tinggi. Serta memberikan dampak positif berupa toleransi yang lebih besar dan relasi harmonis antar umat beragama serta merasa berkontribusi langsung ke masyarakat lewat kegiatan sosial yang dijalani oleh SIM C. SIM C membuktikan bahwa dengan langkah kecil seperti diskusi dan aksi sosial yang dikalaninya dapat meningkatkan rasa toleransi dan hubungan yang lebih harmonis antar umat beragama. Inisiatif dari nilai-nilai yang dibangun oleh SIM C sangat relevan untuk membentuk masyarakat Indonesia yang lebih toleran, harmonis, dan peka terhadap sosial di sekitarnya. Dan diharapkan nantinya kegiatan dari komunitas SIM C dapat dihadiri dari pelbagai kumunitas kegamaan lainnya yang ada di Yogyakarta serta dapat dievaluasi kembali kekurangan-kekurangannya.