Sosiologi Agama Mendukung SDGs Nomor 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi

“MONITORING DAN EVALUASI PEMBELAJARAN/BEST PRACTICE SDG’S PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN”

Judul Laporan

”KAMPUNG FLORY: Wisata Edukasi, Alam, dan Kearifan Lokal”

Mendukung SDGs Nomor 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi

Ringkasan Eksekutif

Keberadaan wisata Kampung Flory dalam pengembangan objek wisata secara tidak langsung telah memberikan dampak yang dirasakan oleh masyarakat Desa Tridadi dan Desa Tlogoadi Sleman Yogyakarta, khususnya di bidang sosial dan ekonomi. Dampak tersebut merupakan akibat dari adanya partisipasi masyarakat untuk mengembangkan objek wisata Kampung Flory. Pengelolaan program menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam setiap kegiatan dan pengembangan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Selain itu dampak adanya kampung flory adalah kuatnya kesadaran masyarakat akan pembangunan wisata. Kampung Flory memiliki tiga bagian divisi obyek wisata yaitu: Taruna Tani sebagai divisi tanaman, Desa Wisata Flory sebagai wisata edukasi dan outbond dan Bali Ndeso sebagai penyedia wisata kuliner berbentuk resto. Ketiga divisi ini memiliki manajemen pengelolaan yang berbeda-beda. Zona Taruna Tani Flory terdiri atas berbagai aktivitas wisata seperti: showroom tanaman, pelatihan atau kunjungan edukasi, kolam bermain anak, greenhouse produksi tanaman dan kuliner iwak kalen. Zona Desa Wisata Flory terbagi menjadi kegiatan wisata serta fasilitas wisata seperti: outbound dewasa, anak-anak dan wisata edukasi, gerai suvenir dan oleh-oleh, tourvillage kampung ndeso, family camp. Bali Ndeso Group menawarkan berbagai wisata kuliner serta menyajikan wisata pedesaan seperti: kuliner kopi kecah, spot selfie, kolam keceh mandi bola, mancing ikan, sepeda ontel atau gerobak sapi, wisata edukasi belajar bahasa jawa, dolan ndeso dan meeting room. Kampung Flory juga mengembangkan produk taninya menjadi wisata agro yang ada di kawasanSleman. Zona Taruna Tani ini kemudian berkembang menjadi agrowisata yang menjadi salah satu unggulan dari produk wisata Kampung Flory.

Latar Belakang dan Tujuan

  • Latar Belakang

Kampung flory berasal dari obrolan santai warga saat di pos ronda pada tahun 2014, dalam obrolan tersebut, muncul inisiatif untuk mengembangkan potensi lokal yang ada, Salah satu di bidang pertanian, tepatnya bidang tanaman hias dan buah, dan bertepatan pula terdapat warga yang sudah pernah sukses menjalani bisnis ini. setelah obrolan seperti itu munculah kesepakatan dari beberapa orang, dan berdirilah taruna tani pada tahun 2015. Yang mana lokasi yang di manfaatkan untuk berbisnis tanaman hias adalah tanah kas desa yang terletak di Desa Tridadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan memiliki letak yang cukup strategis dan mudah diakses karena berada dekat dengan kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Sleman. Awalnya kampung flory hanya terdiri dari Taruna Tani, yang memang fokusnya hanya budidaya tanaman hias, namun setelah berjalannya waktu taruna tani berkembang menjadi kampung flory.

Di awal Kampung Flory emang sudah di branding berbentuk agrowisata yang dikelola oleh kelompok masyarakat Desa Tridadi. Kampung Flory mulai dikembangkan pada tahun 2016 oleh masyarakat sekitar. Nama Kampung Flory berasal dari nama bunga yaitu “flory”dan ada juga yang mneyebutkan bahwa flory berasal dari kata flora yang artinya tanaman. Alasan lain dibangunnya wisata Kampung Flory dengan melihat kekhawatiran generasi muda pertanian saat ini banyak yang lebih memilih untuk bekerja di bidang lain dibandingkan harus ikut membantu menjadi petani. Selain itu juga kampung flory itu mengoptimalkan sumber daya alam yang ada, yang pada saat itu banyak sekali warga yang memasuki usia produktif namun pengangguran, sehingga di ajak lah untuk bertani. Alhasil ide untuk mengembagkan bidang pertanian ini muncul karena melihat potensi pasar yang cukup besar untuk tanaman hias, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Jiwa dari kampung flory adalah tanaman hias Sebelumnya Kampung Flory hanya sebagai tempat untuk mengembangkan tanaman hias dan tanaman buah untuk dijual langsung kepada pengunjung. Namun semakin banyak pengunjung yang datang kemudian banyak pula yang memberikan masukan terhadap Kampung Flory, salah satunya adalah dengan menyediakan makan dan minum bagi pengunjung, karena pengunjung kesulitan mencari makanan dan minuman saat berkunjung, sehingga membuat taruna tani bekerja sama dengan restaurant yang sudah ada yaitu “iwak kalen”, beberapa tahun melakukan kerja sama untuk mengcover makanan dan minumana pengunjung Taruna tani.

Luas lahan yang digunakan untuk membangun Kampung Flory ini sebesar 2 hektar yang terdiri dari lahan milik kas desa yang disewa oleh pengelola dengan biaya 20 juta per tahunnya. Setalah itu pada tahun 2017 berdirilah Desa Wisata Flory atau di kenal dengan Dewi Flory, yang bergerak di bidang pendidikannya, seperti outbound yang di jadikan paket edukasi. Pemberdayaan yang dilakukan kampung flory ialah dengan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki masyarakat sekitar, misalnya ada warga yang memiliki usaha UMKM telor asin, dan di lakukanlah kerja sama dengan kampung flory, sehingga jika pengunjung ingin belajar tentang pembuatan atau apapun yang berkaitan dengan telor asin, makan dari pihak pengurus kampung flory akan mengundangan warga tersebut untuk menjadi pemateri. Produk wisata yang ditawarkan oleh Kampung Flory beragam, dari mulai tour wisata berbagai tanaman hias, jembatan goyang, kolam terapi ikan, taman kelinci, outbound darat dan air, homestay, kuliner, dan saat ini sedang merampungkan produk wisata baru yaitu bumi perkemahan. Fasilitas yang dimiliki Kampung Flory cukup lengkap baik berupa atraksi wisata, pemandangan alam, kuliner, toko oleh-oleh dan sebagainya.

Pola pengembangan Kampung Flory dilakukan dengan mengikutsertakan peran atau partisipasi masyarakat di wilayah objek wisata setempat dalam menunjang usaha wisata tersebut. Partisipasi ini diperlukan pada setiap pelaksanaan karena masyarakat lokal merupakan komponen atau unsur utama yang perlu diikutsertakan dalam pengembangan wisata itu sendiri yang mana disalurkan oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesadaran diri masyarakat sehingga dapat terjaga keberlanjutan wisata tersebut, Pengelolaan Kampung Flory masih milik swadaya masyarakat yang saling bergotong royong dibantu oleh berbagai pihak terkait seperti Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian, Lembaga Keuangan dan pemerintah desa setempat. Kampung Flory belum dapat dijadikan BUMDes karena letaknya yang berada di antara dua desa sehingga masih banyak yang perlu dikaji bersama dengan pihak terkait.

  • Tujuan

Visi didirikannya Kampung Flory yaitu menjadi maskot wisata unggulan di DIY yang mensinergikan pertanian, pariwisata, budaya, pendidikan, berbasis masyarakat dan berwawasan lingkungan yang mensejahterakan dan berkelanjutan.

Adapun misinya yaitu mampu mensuplay kebutuhan tanaman hias dan buah DIY, menjaga kelestarian lingkungan, mengembangkan kreativitas generasi muda dalam bidang pertanian, pariwisata, pendidikan dan budaya, membuat wisata yang menyenangkan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Deskripsi Praktik Baik atau Pembelajaran

  • Langkah-langkah Implementasi

Awal mula kampung flory berdiri memiliki cerita perjalanan yang cukup panjang, di jelaskan oleh narasumber beberapa tahap yang sekiranya menjadi pokok sehingga terwujudlah kampung flory:

  1. Kesadaran

Awalnya adalah dengan menyadarkan akan pemanfaatan lahan desa yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat, sebelumnya tanah kas desa di Kali Bedog hanya dimanfaatkan sebagai sarana oleh pemuda tani untuk berbisnis tanaman hias mulai dari hulu sampai hilir. Pada tahun 2015, seorang insiator Bernama Bapak Sugihartono memiliki visi untuk menciptakan desa wisata di lingkungan Kali Bedog dengan menggunakan lahan kas desa yang dikelola oleh pemuda tani. Kesadaran tersebut langsung di eksekusi dengan berkomunikasi secara langsung kepada pemuda tani sekitar. Melalui komunikasi interpersonal tersebut terjadi interaksi sampai tiba pada pemahaman yang sama bahwa hal tersebut mengarah pada pemberdayaan masyarakat dan untuk mensejahterakan masyarakat.

  1. Persuasi/ bujukan

Ketertarikan masyarakat/pemuda tani terhadap inovasi yang ditawarkan oleh Bapak Sugihartono mulai terbangun dengan ditandai kemauan pemuda tani ikut serta kesepakatan bersama yang dibangun yaitu patungan dana sebesar Rp. 2.500.000,- /anggota sebagai dana modal utama mengingat tidak adanya dana yang dapat digunakan untuk mengembangkan inovasi tersebut. Hal ini , dapat dilihat bahwa bapak Sugihartono berhasil menarik keinginan para pemuda tani dengan melakukan sosialisasi mengenai inisiatif yang ditawarkan. Melalui proses pemberdayaan dan interaksi yang terjadi di dalamnya membuat pemuda tani tertarik dengan inovasi tersebut

  1. Pengambilan keputusan

Pada tahap ini, narasumber mengungkapkan bahwa tidak semua masyarakat atau pemuda langsung menerima inovasi kampung flory, namun ada juga yang menolak. Berbagai macam hambatan terjadi pada tahap pengambilan keputusan biasanya didasarkan pada faktor karakteristik individu yang berkaitan. Beberapa faktor yang dipertimbangkan antara lain dari aspek pendapatan, pendidikan, dan keberanian mengambil resiko. Pemuda tani setempat awalnya cenderung khawatir tentang biaya patungan yang ditawarkan dengan pertimbangan kebutuhan hidup yang tinggi. Pertimbangan tersebut sangat mempengaruhi keputusan pemuda tani untuk mengambil keputusan. Petani dengan pendidikan hanya tamat sekolah dasar cenderung enggan mengambil resiko berlebihan. Sebaliknya pemuda tani dengan penndidikan SMP/SMA cenderung lebih berani mengambil keputusan akan setuju atau tidaknya menerima inovasi yang ada.

  1. Implementasi

Pada tahap ini, Pemuda tani setempat berusaha menerapkan inovasi Kampung Flory dengan ikut terlibat pada susunan anggota serta bersedia menjalankan tugas dan fungsinya. Pemuda tani saling bekerjasama dalam rangka mengelola Kampung Flory sebaik mungkin sampai pada akhirnya mereka dapat merasakan manfaat keikutsertaan dalam menerapkan inovasi tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan pemuda tani yang telah menjalankan Kampung Flory dalam melengkapi usaha tani sebelumnya yaitu bisnis tanaman anggrek. Pemuda tani merasa kehadiran Kampung Flory merupakan peluang bagi mereka mengembangkan jaringan pemasaran tanaman hiasnya. Dilain sisi, pemuda tani percaya bahwa dengan adanya Kampung Flory , produk tanaman hias mereka dapat semakin dikenal dikalangan masyarakat dengan harapan terjadi tingginya permintaan pasar akan produk mereka. Kehadiran Kampung Flory juga menjadi perbincangan hangat diantar petani lain yang belum bergabung. Petani melihat keberhasilan para pemuda tani yang sudah bergabung dengan memperhatikan banyaknya pengunjung wisata yang mendatangi Kampung Flory . Pada saat itu, Petani sekitar merasa bahwa inovasi Kampung Flory dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan pendapatan. Hal tersebut dibuktikan dengan timbulnya rasa penasaran petani dalam bentuk bertanya-tanya pada pemuda tani mengenai bagaimana jika mereka ingin bergabung serta apa saja tugas yang akan dijalankan.

Kampung flory selalu berusaha untuk terus berinovasi dengan teknologi, menurut nasasumber salah satu tujuan kampung flory adalah untuk family time, namun dengan keinginan pengunjung untuk di adaknnya wifi, akhirnya bali ndeso tepatnya memasang wifi demi kenyamanan pengunjung.

  • Sumber Daya yang Digunakan

Pada tahan awal pembangunan kampung flory yang di usung orang seorang warga yang pada saat itu menggandeng sekitar 20 pemuda tani untuk berbisnis tanaman hias, sumber dana awal yang digunakan cukup berani, bapak Agus yang saya wawancara mengungkapkan bahwa awal berdirinya kampung flory di danai orang termasuk yang cukup berani, karena kelompok ini tidak mendapatkan dana dari manapun, hingga pada akhirnya mereka berani mengeluarkan uang pribadi bahwan berani meminjam pihak lain untuk patungan tiap anggota sebesar Rp. 2.500.000,-. Dari situ dimulai perjalan panjang Kampung Flory sampai saat ini. Meskipun sudah maju, pihak pengelola tetap mempertahankan bisnis tanaman hias. Berbagai macam bantuan baik dalam bentuk keuangan atau pelatihan sudah mulai masuk setelah wisata itu berjalan.

Awalnya, pihak pengelola menggunakan strategi dengan menawarkan proposal bantuan di setiap kunjungan instansi-instansi yang ada. Dari situlah berbagai bantuan seperti dari BPD dan Bank Indonesia masuk ke Kampung Flory. Saat ini Kampung Flory dapat memberikan gaji setara UMR Yogyakarta kepada pegawainya serta dapat memberikan bantuan bila desa mengadakan suatu kegiatan. Selanjutnya praktik pemberdayaan yang di lakukan adalah dengan cara pemberian program atau keterampilan kepada masyarakat agar masyarakat memiliki keterampilan yang cakap (skillfull) dalam mengelola kampung flory. Dalam hal ini, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dan Bank Indonesia memiliki andil dalam pemberian kapasitas atau daya bagi anggota Kelompok Taruna Tani dan masyarakat. Pengkapasitasan yang diberikan oleh Dinas Pertanian adalah pelatihan pada Tahun 2017 mengenai budidaya tanaman, pelatihan penguatan kelembagaan, serta memberikan bantuan bibit tanaman hias dan buah.

Dinas Pariwisata sendiri membawahi Dewi Flory dengan memberikan pelatihan pemandu wisata. Sementara itu, Bank Indonesia mendampingi Kampung Flory mulai Tahun 2017 hingga Tahun 2019. Selama mendampingi, Bank Indonesia sangat aktif mendukung perkembangan Kampung Flory. Pada tahun 2017, kelompok melakukan studi banding ke Lembang Bandung selama empat hari. Studi banding ini juga dibarengi dengan pelatihan mengenai outbound. Pada Tahun 2018, kelompok dan Bank Indonesia melakukan studi banding ke Malang. Bank Indonesia juga memberikan bantuan berupa green house dan tanaman anggrek. Oleh karena itu, Bank Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Biologi UGM untuk memberikan pelatihan budidaya tanaman anggrek kepada Taruna Tani Flory. Kemudian Bank Indonesia juga bekerjasama dengan Mata Usaha untuk melatih dan mendampingi kelompok dalam penguatan fungsi organisasi dan pemasaran. Kelompok saat ini mampu membuat laporan administrasi yang baik dan juga mampu meningkatkan jumlah produksi dan penjualan melalui pemasaran yang baik. Terdapat sekitar 150 KK yang terlibat mengelola Kmapung Flory.

Kerja Sama dan Kemitraan

Pengembangan-pengembangan yang tejadi mendapatkan atensi dari beberapa instansi pemerintahan, antara lain yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Sleman, Dinas Pariwisata Sleman, Bank Indonesia hingga Gubernur DIY. Dinas Pertanian memberikan pelatihan dan juga bantuan bibit tanaman pada Taruna Tani Flory, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman juga memberikan pelatihan pemandu wisata. Sementara itu, Bank Indonesia memberikan beberapa pelatihan dan melakukan pendampingan pada Kampung Flory selama tiga tahun (2017 -2019) serta memberikan bantuan green house dan tanaman anggrek pada Taruna Tani Flory. Selain itu, perhatian khusus juga diberikan oleh Gubernur DIY, Gubernur DIY memberikan bantuan hibah berupa dana sebesar Rp. 500.000.000 yang digunakan untuk pembangunan fasilitas dan jembatan gantung yang terhubung dengan Taman Selfie (Swafoto).

Inovasi yang Dilakukan

Inovasi yang terdapat di Kampung Flory nampak pada perpaduan antara wisata edukatif pertanian dengan wisata kuliner. Wisata eduktif yang ditawarkan adalah paket outbound bagi anak-anak TK maupun SD. Pada kegiatan outbound itu anak-anak diajak bermain game oleh pemandu outbound dan master game, semua game tersebut mengusung tema yang sama yaitu terkait tanaman hias. Anak-anak diajak mengenal jenis-jenis tanaman hias dengan bermain tebak-tebakan dan berkeliling di area Kampung Flory yang banyak tanaman hias. Mereka juga diajak memindahkan tanaman hias dari lahan ke polybag-polybag kecil untuk dibawa pulang dan ditanam di rumah masing-masing. Hal ini tentunya menjadi hiburan sekaligus proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak. Apalagi kurikulum di sekolah saat ini memang mengusung tema Flora dan Fauna.

Selain itu, adanya wisata kuliner di Kampung Flory tentunya juga menjadi aspek pendukung bahkan daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Saat anak-anak asyik bermain outbound bersama pemandu dan master game, para orang tua dan keluarga dari anak-anak tersebut dapat memanjakan lidah dengan menikmati kuliner iwak kali yang disajikan oleh restoran Kampung Flory. Anak-anak yang lelah bermain outbound pun dapat langsung beristirahat dan menikmati kuliner dari Kampung Flory. Kehadiran restoran- restoran yang menjadi sentra wisata kuliner di Kampung Flory ini pun awalnya merupakan usulan dari para pengunjung. Pengunjung merasa membutuhkan hidangan kuliner di Kampung Flory sehingga menurut bapak agus yang saya wawancarai, kampung flory berinovasi dengan melakukan penyesuaian dengan kebutuhan pengunjung.

Dilihat dari sudut pandang pengelola kampung flory , inovasi wisata edukatif pertanian dan wisata kuliner telah sesuai dengan latar belakang pengelola. Para pengelola Kampung Flory yang memiliki background pekerjaan sebagai guru PAUD, guru TK dan kepala sekolah tentunya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sangat sesuai dengan inovasi wisata edukatif. Selain itu, minat Taruna Tani terhadap tanaman hias juga sesuai dengan tema wisata edukatif pertanian khususnya tanaman hias. Keahlian masyarakat setempat dalam menyajikan masakan iwak kali dan kuliner lainnya juga sesuai dengan kehadiran wisata kuliner di Kampung Flory .

Kampung Flory memberikan banyak keuntungan bagi pengelola, masyarakat sekitar maupun pengunjung. Pengelola Kampung Flory tentunya mendapatkan keuntungan finansial dari paket-paket wisata yang ditawarkan. Paket wisata tersebut dinaungi oleh koperasi jasa yang menaungi 3 unit usaha, yaitu Taruna Tani yang mengelola outbound, penanaman dan pemasaran tanaman hias; Dewi Flory yang mengelola outbound; serta Bali Ndeso yang mengelola wisata kuliner khusus keluarga. Ketiga unit usaha tersebut tentunya mampu menjadi sumber pendapatan bagi pengelola wisata. Selain itu, kehadiran Kampung Flory ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Seluruh karyawan di Kampung Flory diambil dari masyarakat setempat yang berpendidikan maksimal SMA sehingga secara langsung Kampung Flory juga memberdayakan masyarakat setempat. Masyarakat yang menjadi karyawan di Kampung Flory kerap diberikan pelatihan terkait bidangnya, seperti pelatihan untuk pemandu wisata, pelatihan untuk master game, pelatihan manajemen usaha dan marketing, hingga pelatihan memasak untuk karyawan yang bekerja di bagian restoran.

Selanjutnya, Kampung Flory juga membawa keuntungan bagi masyarakat sekitar dalam hal keragaman lapangan pekerjaan. Sejak Kampung Flory ramai pengunjung, masyarakat setempat mulai membangun homestay yang ditargetkan bagi pengunjung Kampung Flory . Kampung Flory juga kerap mengambil jasa catering dari masyarakat setempat saat pengunjungnya terlalu banyak dan Kampung Flory tidak sanggup memenuhi semua orderan makanan dari pengunjung tersebut. Ada juga masyarakat setempat yang kini berprofesi sebagai tukang parkir di area Kampung Flory . Semua hal tersebut tentunya menguntungkan bagi masyarakat setempat.

Dilihat dari sisi pengunjung, inovasi yang terdapat di Kampung Flory telah memenuhi kebutuhan mereka dalam hal menjadi hiburan/wisata yang menyenangkan sekaligus menjadi proses pembelajaran bagi anak-anaknya. Wisata kuliner yang ada juga memenuhi hasrat pengunjung untuk menikmati makanan khas Kampung Flory seperti iwak kali dan produk olahan lainnya. Dapat dikatakan bahwa inovasi di Kampung Flory telah memberikan keuntungan relatif bagi pengunjung ucap bapak Agus. Selanjutnya, inovasi yang berupa perpaduan antara wisata edukatif pertanian dengan wisata kuliner di Kampung Flory memang termasuk inovasi yang cukup rumit.

Hasil wawancara dengan salah satu pengelola Kampung Flory memberikan informasi bahwa pada awalnya Kampung Flory hanya berfokus pada pembibitan dan penjualan tanaman hias saja. Seiring berjalannya waktu barulah unit usahanya berkembang menjadi wisata edukatif pertanian berupa outbound untuk anak-anak. Lalu muncul saran dari pengunjung untuk menambahkan wisata kuliner hingga jadilah perpaduan antara wisata edukatif dan kuliner seperti saat ini. Dibutuhkan proses yang panjang dalam perkembangan inovasi di Kampung Flory hingga mencapai posisi seperti saat ini. Kehadiran inovasi tersebut akan terus berkembang, seperti yang dikatakan salah satu pengelola Kampung Flory bahwa kedepannya juga akan ditambahkan wisata perkemahan di Kampung Flory . Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa inovasi di Kampung Flory memang cukup rumit namun dinamis dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan pengunjung, contoh kecil nya misalnya penggunaan teknologi wifi, yang menjadi nilai plus dan hal yang di tawarkan saat berkunjung di kampung flory.

Peta Model Pemberdayaan

  • Buatlah sebuah peta model pemberdayaan

1.1 Peta konsep

Hasil dan Dampak

Adapun output dari Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pengembangan Desa Wisata Kampung Flory adalah agar terciptanya kawasan wisata yang dapat mengedukasi dan terciptanya kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dengan terbukanya lapangan kerja dan peluang usaha. Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah upaya suatu kelompok masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian sehingga masyarakat dapat mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki dalam rangka tujuan hidup yang lebih sejahtera. Pengembangan yang terjadi di Kampung Flory juga memberi dampak yang luar biasa khususnya bagi Kelompok Taruna Tani dan masyarakat sekitar. Dengan adanya pengembangan ini, lahan yang dulunya hanya diisi tanaman buah dan hias dapat berubah menjadi kawasan agrowisata yang mengedukasi dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dengan terbukanya lapangan kerja dan peluang usaha. Output pemberdayaan ini dihasilkan dari semangat Kelompok Taruna Tani selaku fasilitator dan adanya partisipasi masyarakat selaku penerima manfaat serta atensi yang diberikan oleh para stakeholder. Masyarakat yang awalnya belum memahami potensi yang ada sekarang mulai paham untuk melakukan aktivitas berupa pemanfaatan lahan Tlogoadi untuk obyek wisata Dewi Flory, dan pemanfaatan Kali Mbedog sebagai obyek wisata dengan membangun jembatan gantung yang terhubung dengan Taman Selfie (swafoto).

Secara garis besar adanya kampung flory memiliki dampak bagi sosial sekaligus ekonomi bagi masyarakat setempat. Dampak sosial yang dirasakan masyarakat kawasan Desa Tridadi dan Desa Tlogoadi dengan adanya Kampung Flory yaitu masyarakat dapat bekerjasama antar sesama warga dalam proses pengembangan wisata dengan cara bergotong royong, dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat terkait kepariwisataan, dapat menyadarkan masyarakat dalam maupun luar pentingnya dunia pertanian khususnya kalangan anak muda. Kemudian, dampak ekonomi yang dirasakan masyarakat dalam pengembangan wisata adalah dapat membuka peluang usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan dapat menyerap tenaga kerja untuk mengurasi pengangguran yang terjadi.

Indikator Kinerja (Jumlah sampah yang dikirim ke TPA berkurang sebesar 30% dalam enam bulan pertama.)

Melalui pengelolaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia setempat terhadap pengembangan Kampung Flory, diketahui pada tahun 2018 telah mencapai pemasukan sekitar Rp 1.000.000.000 sedangkan ditahun 2019 mengalami peningkatan mencapai angka Rp 1.200.000.000. Kenaikan pendapatan Kampung Flory merupakan bentuk partisipasi dan kinerja yang baik dari masyarakat dalam mengembangkan potensi wisata Kampung Flory. Pihak manajemen Kampung Flory yakni Bapak Sudiharditono menjelaskan jika pendapatan dengan jumlah yang tinggi juga harus disalurkan kepada Desa Tridadi sebagai pemilik lahan di Kampung Flory serta masyarakat yang telah bekerja keras dalam pengelolaan Kampung Flory. Masyarakat yang bekerja untuk Kampung Flory juga memperoleh gaji sesuai aturan UMR yang berlaku.

jika dikaitkan dengan indikator pendapatan masyarakat yaitu gaji dan upah tenaga kerja lokal di Kampung Flory yang mencapai tingkat UMR, maka pihak pengelola wisata telah melaksanakan tujuan dari pariwisata terhadap masyarakat yakni berupa penyediaan lapangan kerja guna meningkatkan pemasukan masyarakat. Dinas Pariwisata juga elah memfokuskan Kampung Flory agar diberdayakan sebagai suatu sektor riil sebab telah mencapai peningkatan anggaran desa seperti yang terdapat pada laman resmi DPR RI yang menjelaskan jika Kampung Flory menjadi desa percontohan akibat kemandirian dalam pengelolaan sumber daya alam dan manusia sehingga mencapai omset Rp 8.000.000.000 per tahun. Dengan besarnya omset tersebut, Pemerintah melalui Tim Kunjungan Kerja DPR RI Komisi XI melakukan persetujuan anggaran sejumlah Rp 470.13 Miliar dalam Program Sosial Bank Indonesia terhadap Kampung Flory.

  • Dampak pada Komunitas

Hal yang menjadi dasar seberapa pengaruhnya berdiri kampung flory di lihat bagaimana masyarakat yang sadar akan potensi yang ada di desa tempat tinggalnya, sehingga masyarakat berupaya untuk terus mencari serta menggali potensi apa yang sekiranya bisa mensejahterakan mereka. Di tambah juga dampak sosial yang terasa akibat adanya kegiatan pemenmbnagan kampung Flory ialah meningkatnya kerjasama antar warga. Selain itu juga adanya kesadaran pemuda desa untuk mau bertani adalah dampak yang cukup signifikan, karena melihat dari realita, banyak pemuda yang tidak mau bertani karena di anggap pekerjaan yang berpenghasilan tidak pasti.

Selanjutnya dengan adanya pengembangan kampung flory, yang tadinya hanya bergerak di bidang tanaman hias dan buah lalu menjadi desa wisata flory, tentu memberi dampak yang cukup besar terhadap komunitas taruna tani, selain itu juga pengembangan ini memeberikan pengarauh pada pendapatan masyarakat setempat, di lihat dari Gaji serta upah yang diterima masyarakat selaku pengelola Kampung Flory diketahui sudah memenuhi standar upah kerja di daerah tersebut. Gaji serta upah yang didapatkan oleh masyarakat ini berasal dari pembayaran retribusi wisata Kampung Flory yang dibayarkan oleh pengunjung. Pengunjung memiliki peran penting dalam pendapatan masyarakat yang bekerja di Kampung Flory, sebab sebagian dana dari pengunjung akan disalurkan kepada pengelola, yakni masyarakat setempat sekitar 20 persen diperuntukkan kepada pengelola zona, 15 persen untuk pelaksana kegiatan di Kampung Flory, dan 25 persen untuk tabungan pekerja lokal.

Pengaruh implementasi Kampung Flory terhadap pendapatan masyarakat juga memberikan dampak berupa penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar sebagai bagian dari pengelola, sehingga mereka memperoleh pemasukan dari mengelola wisata Kampung Flory. Serta meingktakan wawasan dan ilmu pengetahuan. Masyarakat sekitar juga mampu mengembangkan UMKM di Kampung Flory melalui penjualan oleh-oleh dan tanaman hias di tempat wisata, masyarakat juga memperoleh bantuan sembako di hari raya sebagai salah satu bentuk upah tambahan mereka dalam mengelola Kampung Flory sebagai tempat wisata. Selain itu juga, dengan adanya kampung flory ini, yang dimana kampung flory berkewajiban membayar sewa karena sebagian beridri di atas tanah kas desa Tridadi, maka kampung flory menjadi salah satu lembaga yang dapat meningkatkan pendapatan desa.

Dampak dari segi ekonomi selain benyuk adanya peluang sudaha,

  • Kisah Sukses atau Testimoni

Kisah Mbak Nur sebagai penjaga joglo oleh-oleh juga mengatakan: “Awal bekerja di sini saya tidak tahu apa-apa mbak, tidak tahu cara kerjanya. Akhirnya setelah pihak pengelola memberikan sosialisasi terlebih dahulu, saya pun ikut berpartisipasi dalam proses pengembangannya. Di sini mendapatkan banyak pengalaman karena diberikan juga pelatihan-pelatihan atau workshop gitu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat setempat”

Kisah Mas Lilik Sumanto selaku Sekretaris Kampung Flory:“Awal dibangunnya wisata sangat membuka peluang bagi masyarakat Desa Tridadi dan Desa Tlogoadi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang bekerja di wisata ini seperti berdagang, menjadi tukang ojeg, menjadi tukang parkir. Semua itu yang bekerja adalah masyarakat desa setempat, pihak pengelola memberdayakan masyarakat desa tujuan untuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Awal mula sebelum bekerja di sini, saya bekerja di media koran mendapatkan penghasilan yang sebulannya bisa mendapatkan Rp.1.000.000 saja. Lalu, setelah adanya Kampung Flory sayang sekali jika saya tidak ikut berpartisipasi dalam proses pengembangannya, apalagi jaraknya dekat dengan rumah saya jadi saya bekerja di dua tempat sekaligus dan itupun tidak bentrok jadwalnya. Jadi hal ini juga dapat membantu penghasilan saya untuk kebutuhan keluarga”

Kisah Mbak Ratna sebagai pedagang sosis bakar: “Dari tahun ke tahun pendapatan meningkat, apalagi kalo di hari weekend pengunjung pun pasti rame yang datang sehingga hasil yang didapatkan juga meningkat dan di hari weekend pun bisa saja saya menyetok barang lebih banyak juga. Kalo di hari-hari biasa dapat keuntungan mencapai Rp 500.000, dan kalo di hari libur panjang keuntungan yang didapatkan mencapai Rp 1.000.000”

Kisah Mas Rama sebagai penjual binatang umang-umang yang mengatakan: “Semenjak ada wisata Kampung Flory saya pindah berjualan di sini karena rumah juga dekat ga terlalu jauh penghasilan pun lumayan banyak mbak. Pendapatan yang saya peroleh sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan saya dan istri. Biasanya saya dapat keuntungan sebesar Rp 800.000 sebulan tapi kalo lagi rame-ramenya apalagi hari libur sekolah bisa mencapai R. 1.500.000 an. Dan ada juga temen saya yang tadinya menganggur di rumah sekarang sudah memiliki penghasilan sendiri walaupun dia juga berjualan mainan anak-anak seperti mobil, atau robot-robotan”

Tantangan dan Cara Mengatasinya

  • Tantangan Utama (Tidak semua warga langsung tertarik berpartisipasi.)

Kendala awal yang dialami adalah sulitnya meyakinkan para pemuda untuk ikut mengembangkan potensi wisata yang mereka miliki. Oleh karena itu, kelompok memberikan pemahaman kepada masyarakat. Kelompok Taruna Tani selaku fasilitator mengakui bahwa dalam proses memberikan pemahaman kepada masyarakat tidak menekankan hal-hal yang spesifik dan tidak ada sosialisasi maupun rapat formal yang dilakukan. Kelompok mengajak masyarakat melalui obrolan yang biasanya dilakukan saat ronda malam dan juga tidak ada materi khusus yang diberikan oleh kelompok terhadap masyarakat dalam proses pemberian pemahaman, karena awalnya masyarakat terutama pemuda desa, sulit untuk diajak menjadi petani, sebagaimana yang di ketahui bahwa petani di anggap pekerjaan yang kotor, melelahkan dengan hasil yang tidak menentu, selain itu memberikan pemahaman bahwa petani itu bukan hanya menanam padi atau sayur, tapi juga bisa menanam tanaman hias atau buah juga menjadi tantangan untuk mengajak pemuda untuk berani terjun menjadi petani.

Namun pemahaman yang pertama kali diberikan kepada masyarakat khususnya para pemuda yaitu mengenai pemanfaatan lahan Tlogoadi yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang saat ini dikenal dengan nama Dewi Flory. Menurut Kelompok, potensi-potensi desa yang ada semakin terlihat seiring dengan berjalannya kegiatan wisata yang dilakukan. Kelompok Taruna Tani dalam upaya memberikan pemahaman pada masyarakat juga selalu menjadikan masyarakat tim kerja di lapangan dan semua kegiatan yang ada melibatkan masyarakat sehingga ada kerjasama yang menguntungkan dan semakin membuat masyarakat dapat melihat potensi-potensi yang ada. Adanya pemahaman oleh Kelompok Taruna Tani kepada masyarakat ini menjadikan masyarakat paham bahwa terdapat potensi yang dapat dikembangkan di desa mereka, sehingga masyarakat mau berpartisipasi dalam program Pengembangan Desa Wisata Kampung Flory. Masyarakat yang awalnya belum memahami potensi yang ada sekarang mulai paham untuk melakukan aktivitas berupa pemanfaatan lahan Tlogoadi untuk obyek wisata Dewi Flory, dan pemanfaatan Kali Mbedog sebagai obyek wisata dengan membangun jembatan gantung yang terhubung dengan taman selfie.

Selain itu, dalam prosesnya Taruna Tani Flory pernah mengalami kegagalan, yaitu kegagalan budidaya tanaman anggrek dan turunnya pendapatan diakibat kan pandemi Covid-19. Kehadiran Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 sangat berdampak besar pada setiap usaha masyarakat seperti Kampung Flory . Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat mengakibatkan Kampung Flory tutup sementara selama pandemi. Namun berkat kehadiran mahasiswa salah satu universitas di Yogyakarta, dengan keyakinan yang didapatkan sebelum adanya pandemi, Kampung Flory dapat menghadirkan inovasi berupa outbound virtual untuk pengunjung. Sebagian besar pengunjung Kampung Flory merupakan anak sekolah dasar mengingat pengelola Kampung Flory sebagian besar berprofesi sebagai guru.

Melalui outbound virtual, anak sekolah dasar diajak berkeliling di sekitar Kampung Flory agar dapat melihat wisata yang ada di dalamnya. Cara kelompok menyemangati masyarakat adalah dengan mengadakan rapat/pertemuan. Rapat biasanya diadakan setiap satu bulan sekali dan membahas mengenai kendala yang dialami oleh masing-masing individu, atau ada keluhan yang ingin mereka sampaikan. Kegiatan rapat inilah yang menjadi jembatan bagi kelompok untuk memotivasi, dan saling mencari solusi dalam setiap masalah dan kendala yang terjadi. Hasil dari proses penyadaran kepada masyarakat adalah pola pikir masyarakat berubah menjadi lebih maju dan sadar akan potensi yang mereka miliki, yang mana hal ini mengakibatkan masyarakat mau ikut serta dalam program yang dijalankan.

Selanjutnya pada tahun 2019, Bank Indonesia juga mengadakan capacity building kepada kelompok. Namun dalam proses pengkapasitasan manusia ini, terdapat kendala yang dialami yaitu kurangnya semangat dan kesadaran dari masyarakat maupun anggota untuk mengikuti pelatihan, sehingga yang biasanya aktif mengikuti pelatihan adalah pengurus inti kelompok. Pelatihan-pelatihan yang diadakan diluar Kampung Flory biasanya hanya dihadiri oleh perwakilan kelompok saja.

  • Strategi Mitigasi

Pada tahun awal pembukaan atau launching kampung flory. Taruna tani, Desa wisata flory dan balai ndeso, mengadakan kegiatan lomba untuk menarik pastisipasi masyarakat setempat dan umum, beberapa lomba yang masuk dalam pemlombaannya seperti : plomba festival dodolan anak (permainan tradisional) yang di peruntukkan untuk anak sekolah dasar kelas 4-6., lalu ada lomba Lukis caping dan lomba Lukis dinding, untuk anak SMA/SMK, mahasiswa dan umum, llau ada festival jajanan Ndeso dan pasar Ndelik yang di konsep untuk perwakilan RW dari tiap dusun, lalu yang terakhir ada lomba foto selfie yang terbuka untuk umum, ini stategi agar masayrakat ikut hadir dan melihat bagaiamana kampung flory, yang di harapkan bisa menyebar luaskan desa wisata kampung flory ini.

Pembelajaran dan Rekomendasi

  • Pembelajaran Utama

Dalam melakukan pengelolaan objek wisata masyarakat perlu adanya bekal ilmu pengetahuan agar pencapaian yang sudah ditentukan tercapai. Keterlibatan masyarakat sekitar dalam pengelolaan Kampung Flory menjadi tujuan utama yang diinginkan pengelola. Pengelola juga mengadakan pelatihan secara rutin yang dilakukan setiap enam bulan sekali dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia bekerja sama dengan lembaga terkait. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Agus Rohmat Basuki selaku Manager Bali nDes Group:

Terdapat beberapa kegiatan dalam program pengembangan Desa Wisata Kampung Flory dan agar program pengembangan Desa Wisata serta kegiatan yang ada di dalamnya dapat berjalan dengan baik maka terdapat pengelolaan kegiatan oleh Kelompok Taruna Tani dan masyarakat sekitar. Pengelolaan yang dimaksud meliputi planning atau perencanaan, organizing atau pengorganisasian, actuating atau pelaksanaan, dan controlling atau pengawasan. Kampung flory mengedepankan konsep CBT dalam pengelolaannya. Program pengembangan Desa Wisata Kampung Flory direncanakan oleh Kelompok Taruna Tani pada Tahun 2014 dan mulai direalisasikan pada Tahun 2015. Perencanaan ini diawali dengan perbincangan yang dilakukan di pos ronda yang kemudian diseriuskan. Perencanaan pengembangan sepenuhnya melibatkan anggota kelompok dan masyarakat sekitar. Pengelola juga merencanakan untuk mengadakan sosialisasi setiap sebulan sekali dalam rangka peningkatan kuantitas sumber daya manusia.

  • Rekomendasi untuk Replikasi atau Peningkatan

Kampung Flory menjadi desa unggulan wisata indah yang sudah terintergrasi antara pariwisata, pendidikan, pertanian dengan perikanan, kuliner, budaya dalam lingkungan satu kawasan. Kampung kreatif Flory merupakan contoh yang berhasil dan diharapkan bisa menjadi percontohan di desa-desa di Jawa Timur seperti Jember, Banyuwangi, Malang, Kediri dan Blitar. Desa-desa tersebut cukup potensial untuk dijadikan seperti kampung Flory di Yogyakarta. untuk mendapatkan uang bukan hanya dari berjualan produk pertanian, perkebunan dan ini dulu juga pernah diterapkan di Trawas Jawa Timur, bahwa jual viev (Pemandangan) atau aktivitas uangnya lebih banyak daripada pertanian.

Kesimpulan

Kampung flory di Sleman berhasil mendukung sdgs Nomor 8 yaitu tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja berbasis wisata edukasi dan pertanian tanaman hias program-program yang menggambarkan masyarakat lokal melalui pelatihan pengelolaan wisata dan budidaya tanaman hias hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan dan penghasilan warga tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitar kawasan tersebut dan juga berdampak pada aspek sosial Kampung flory menjadi contoh Bagaimana pemberdayaan komunitas dapat menciptakan pekerjaan yang layak sekaligus mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.