Melihat Jejak Kependudukan Jepang dalam Perspektif Sosiologi Agama Melalui Bedah Buku Kinro Hoshi
Acara bedah buku ini dibuka dengan sambutan dari Dr. Munawar Ahmad, S.S. M.Si. Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam, Ia menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai wadah untuk memperdalam riset dan pengetahuan dalam bidang sosiologi agama. Menurut Dr. Munawar, bedah buku ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terkait hubungan antara negara dan lembaga agama, serta memperkaya perspektif para mahasiswa mengenai dinamika sosial-politik yang terjadi pada masa pendudukan Jepang.
Buku ini menggali bagaimana pendudukan Jepang di Indonesia yang berdampak besar pada gereja Katolik pada tahun 1942 hingga 1945. Dalam konteks ini, Dr. Budi Subanar, SJ selaku penulis menjelaskan bahwa Jepang memiliki pendekatan yang sangat kompleks dalam mengambil hati masyarakat dengan menggandeng peran lembaga agama di Indonesia. Salah satunya penggunaan istilah “saudara tua” yang digunakan untuk menunjukkan kedekatan antara Jepang dengan masyarakat Indonesia, terutama dalam hal agama dan budaya.
Dalam bedah buku ini, Dr. Budi Subanar menyebutkan pentingnya peran agama dalam menghadapi kekuasaan Jepang. Agama, dalam hal ini Gereja Katolik, memiliki peran strategis untuk melakukan diplomasi dengan Jepang. Ada ketegangan antara keinginan Jepang untuk mengubah pola pikir masyarakat Indonesia melalui budaya dan agama, serta reaksi Gereja Katolik yang berusaha menjaga kemerdekaanya dari pengaruh politik Jepang.
Di sisi lain, Dr. Budi Subanar mengungkapkan bahwa latar berlakang penulisan buku ini bermula dari arsip penelitiannya tentang pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air), terhadap Jepang di Medan. Pemberontakan PETA ini menunjukkan adanya ketegangan besar antara bangsa Indonesia dan Jepang. Salah satu pertanyaan penting yang diangkat dalam diskusi ini adalah bagaimana Jepang mempersiapkan diri untuk menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai Belanda dan bagaimana hal itu mencakup pendekatan Kultural dan agama yang kompleks.
Kinro Hoshi, yang berasal dari istilah kerja bakti yang dilakukan oleh warga Indonesia pada masa itu, menjadi simbol penting dalam hubungan antara Jepang dan Indonesia pada masa pendudukan. Dalam konteks ini, Gereja Katolik di Indonesia tidak hanya berhadapan dengan Jepang dalam masalah keagamaan, tetapi juga menghadapi pengaruh sosial, politik, dan ekonomi yang besar, yang mempengaruhi cara pandang masyarakat Indonesia terhadap Jepang.
Prof. Dr.Phil.H.Al-Makin, S.Ag., M.A. selaku guru besar Program Studi Studi Agama-Agama sebagai pembedah buku kali ini turut memberikan pandangannya dalam seminar ini. Ia menekankan bahwa sejarah Indonesia selalu mengalami perubahan besar, termasuk pada masa pendudukan Jepang yang mengubah kondisi sosial, politik, dan ekonomi bangsa. Meskipun berada dalam tekanan, Gereja Katolik tetap konsisten dalam mempertahankan kemandirian moral dan etika.
Diskusi ini juga memperkaya pemahaman tentang bagaimana Jepang, dengan semangat kebudayaan mereka, melihat Indonesia. Erham Budi Wiranto, S.Th., M.A., dalam penjelasannya, menekankan bagaimana semangat kultur masyarakat Jepang menjadi landasan kuat bagi Jepang dalam menduduki Indonesia, serta bagaimana hal tersebut membentuk pola hubungan antara Jepang dan masyarakat Indonesia pada masa tersebut.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberi wawasan baru tentang hubungan politik, sosial, dan agama dalam sejarah Indonesia, serta membuka pemahaman tentang bagaimana institusi agama memainkan peran penting dalam dinamika sosial-politik pada masa itu.
ftrhmn/Ahmad Zaki Fadlur