Prodi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Gelar Studium General: “Integrasi Agama & Realitas Sosial: Membaca Akar Kekerasan & Jalan Peradaban”
Yogyakarta, 22 Oktober 2025 – Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menyelenggarakan Studium General pada Rabu (22/10) dengan mengangkat tema “Integrasi Agama & Realitas Sosial: Membaca Akar Kekerasan & Jalan Peradaban”. Kegiatan ini berlangsung di ruang Teatrikal FUPI dan dihadiri oleh puluhan mahasiswa lintas angkatan, dosen, serta civitas akademika kampus.
Kegiatan Studium General ini bertujuan memperluas cakrawala berpikir mahasiswa mengenai keterkaitan antara ajaran agama dan realitas sosial yang kompleks. Tema tersebut dipilih sebagai refleksi atas maraknya fenomena kekerasan sosial, intoleransi, serta krisis moral yang mengiringi perkembangan masyarakat modern.
Acara dibuka dengan sambutan dari perwakilan dosen Program Studi Sosiologi Agama yang menekankan pentingnya peran akademisi dalam membaca ulang relasi agama dan kekerasan. “Mahasiswa perlu memahami bahwa kekerasan tidak lahir dari ajaran agama itu sendiri, melainkan dari tafsir sosial yang menyimpang dan kepentingan struktural yang menungganginya,” ujar salah satu dosen pembina dalam sambutannya.
Hadir sebagai narasumber pertama, Moch. Sochib, S.H., Jaksa Ahli Madya Bidang Intelijen Kejaksaan Tinggi D.I. Yogyakarta. Dalam pemaparannya, ia menyoroti fenomena kekerasan sosial dan ekstremisme dari perspektif hukum dan keamanan. “Kekerasan yang mengatasnamakan agama sering kali berakar pada ketidakseimbangan sosial, lemahnya penegakan hukum, dan kurangnya pendidikan kritis di masyarakat,” jelasnya. Ia juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara aparat penegak hukum, lembaga pendidikan, dan tokoh agama dalam membangun budaya hukum yang humanis dan berkeadilan.
Sementara itu, narasumber kedua, Safira Ahda Fadlina, S.Sos., Ketua KOPRI PC PMII D.I.Y. sekaligus alumni mahasiswa Sosiologi Agama angkatan 2020, memaparkan perspektif sosiologi Kriminal. Ia menyoroti bahwa kekerasan sering kali berakar pada ketimpangan sosial dan budaya patriarkal yang mengekang nilai kemanusiaan. “Integrasi agama dan realitas sosial seharusnya membuka ruang bagi keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap martabat manusia, bukan justru menjadi legitimasi bagi kekerasan,” tuturnya.
Diskusi yang dimoderatori oleh Fathurrahman, mahasiswa Sosiologi Agama angkatan 2022, berlangsung dinamis dan interaktif. Para peserta aktif mengajukan pertanyaan kritis seputar fenomena intoleransi, konflik sosial, dan peran agama dalam membangun peradaban damai. Moderator berhasil mengarahkan jalannya diskusi dengan suasana hangat namun tetap akademis.