Kunjungan Ke Aceh dan Medan, Ketua ASAGI Bahas Policy Brief ASAGI dan Kurikulum Sosiologi Agama

Pasca terpilih sebagai Ketua Asosiasi Sosiologi Agama se-Indonesia (ASAGI) beberapa bulan lalu, Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum yang juga merupakan dosen Prodi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berupaya untuk terus mengembangkan organisasi tersebut. Langkah taktis yang dilakukan adalah melakukan kunjungan akademik ke Aceh dan Medan dari tanggal 30 November hingga 2Desember 2019, dengan didampingi oleh salah seorang pengurus ASAGI sekaligus dosen muda Prodi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, Abd. Aziz Faiz, M.Hum.

Kunjungan pertama dilakukan di Aceh pada 30 November hingga 1 Desember 2019. Kegiatan penting selama di Aceh adalah Forum Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Gedung ICAIOS Universitas Syeh Kuala Banda Aceh dengan dihadiri oleh Ketua Prodi Sosiologi Agama sekaligus Sekretaris ASAGI (Dr. Sehat Ihksan), Dosen Prodi Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry Aceh (Arfiansyah, MA. dan Noval Liata, MA.) serta dosen Prodi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Abd. Aziz Faiz, M.Hum). Dimpimpin langsung oleh ketua ASAGI (Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum.), FGD membahas tentang penyempurnaan AD/ART ASAGI, persiapan Konferensi ASAGI III di Aceh, dan pengembangan Program ASAGI.

FGD ASAGI di Aceh menghasilkan beberapa output yaitu penyempurnaan AD-ART, kesiapan teknis konferensi ASAGI, dan rencana penyusunan Policy Brief. Menurut Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum., ASAGI sebagai asosiasi yang mengkoordinasikan sivitas akademik, alumni, dan peminat Sosiologi Agama di Indonesia, harus terus berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, perlu dirumuskan Policy Brief yang dapat dijadikan konsep kebijakan bagi stakeholder, pemerintah, dan pengambil kebijakan dalam memberi solusi terhadap berbagai problem sosial keagamaan di Indonesia. Dengan demikian, ASAGI tidak hanya bergerak secara khusus pada bidang akademis, namun juga memberi kontribusi praktis bagi kemaslahatan bersama.

Agenda selanjutnya (2 Desember 2019), Ketua ASAGI (Dr. Moh Soehadha, S.Sos., M.Hum) menjadi narasumber dalam Visiting Lecturer di Aula Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Acara tersebut mengangkat tema “Sosiologi Agama dan Tantangan Revolusi Industri 4.0.” Acara tersebut dihadiri oleh Pimpinan, Dosen, dan Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry. Pada kesempatan tersebut Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum. menyampaikan bahwa konsep dan teori dalam kajian Sosiologi Agama mutlak diperlukan untuk merespon Era Revolusi Industri 4.0. yang dicirikan oleh problem Algoritmic Govermentality. Era tersebut mengindikasikan interaksi manusia dan masyarakat yang menjadi basis kajian Sosiologi Agama telah mengalami revolusi gaya dan cara hidup yang berbeda jauh dengan era sebelumnya. Subyek algoritmik dalam hal ini terus diperlakukan seperti angka-angka yang harus mencitrakan dirinya, sehingga muncul delusi sosial. Terdapat kebenaran alternatif di luar kebenaran yang riil. Dunia sosial keagamaan selalu diwarnai oleh adanya dilema antara “kebenaran yang tidak nyaman dengan kebohongan yang meyakinkan”.

Dalam interaksi yang tidak lagi mengenal batas geografis, ruang dan waktu, serta leburnya identitas dalam kampung global di dunia virtual, munculah banyak perubahan mendasar dari cara hidup manusia yang bisa menghasilkan optimisme maupun pesimisme. Sosiologi Agama, melalui basis teori modernisme dan posmodernisme dapat menyumbang secara teoritis dalam mengkaji problem interaksi pada dunia virtual yang dicirikan oleh kehidupan yang bernuansa post-truth, dan akibat-akibat sosial lain yang muncul dari era Revolusi Industri 4.0. di mana teknologi informasi menjadi ruh dari peradaban. Sosiologi Agama dengan demikian harus terus mengembangkan metode penelitian yang mampu menjangkau wilayah dunia virtual, yang berbeda dengan metode sosiologi mainstream. Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum. dalam hal ini memberi harapan, bahwa melalui ASAGI akan dikembangkan literasi secara berkesinambungan untuk mengenalkan kajian Virtual Community dan Metode Netnografi pada setiap Program Studi Sosiologi Agama di Indonesia.

Usai dari Banda Aceh, perjalanan dilanjutkan ke Medan. Di Medan, Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum. menjadi Narasumber dalam workshop Pemutakhiran Kurikulum Sosiologi Agama di Era Revolusi Industri 4.0. di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Islam negeri Sumatera Utara (UINSU). Kegiatan ini berlangsung di Aula FIS UINSU dengan dihadiri oleh Dekan FIS UINSU, Wakil Dekan Bidang Akademik, para Ketua Jurusan, serta Ketua, Sekertaris dan Dosen Prodi Sosiologi Agama UINSU. Acara dibuka dengan sambutan Ketua Prodi Sosiologi Agama dan Dekan FIS UINSU. Baik Dekan Prof Dr. Ahmad Qorib, MA maupun ketua Prodi Dr. Irwansyah dalam sambutannya mengharapkan, agar pemutakhiran kurikulum segera dapat dilakukan, dan kehadiran ASAGI sangat membantu pemuthakiran kurikulum tersebut. Kurikulum harus menjawab tantangan Era Revolusi Industri 4.0.

Beberapa butir dari paparan Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum. dapat dirumuskan hal-hal berikut. Pertama, Kurikulum Prodi Sosiologi Agama hendaknya dapat mencerminkan kopetensi lulusan yang meguasai berbagai teori sosial keagamaan dan menerapkannya sebagai bekal menjadi aktivis, peneliti, maupun akademisi. Sosiologi Agama harus melepaskan diri dari kecenderungan kajian yang terjebak pada perspektif sosiologi umum dan perbandingan agama, meskipun dalam sejarahnya Kurikulum Prodi Sosiologi Agama sangat dipengaruhi oleh kedua bidang ilmu tersebut. Optimisme perkembangan Sosiologi Agama sebagai ilmu yang independen dapat dilihat dari kebutuhan akan Sarjana Sosiologi Agama yang terus meningkat, seperti tercermin dari formasi PNS, NGO, dan lainnya yang terus meningkat kebutuhannya. Kedua, sebagai ilmu pengetahuan yang dihadapkan pada proses sosial yang selalu dalam kondisi emergent dan terus berubah, maka kurikulum harus terus diupgrade. Ketiga, dalam hubungannya dengan Era Revolusi Industri 4.0., maka kurikulum Sosiologi Agama harus mencerminkan kompetensi lulusan yang mampu menjawab tantangan dan optimisme menghadapi peradaban baru tersebut. Caranya adalah dengan mengakomodir berbagai matakuliah baru seperti Virtual Community, Teori-teori Kontemporer, dan Metode Netnografi. (RI)