Laboratorium Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Ecological Conversion (Pertobatan Ekologis) dan Krisis Spiritualitas Umat Beragama”
Laboratorium Sosiologi Agama kembali menyelenggarakan kuliah umum dengan mengangkat isu “Ecological Conversion (Pertobatan Ekologis) dan Krisis Spiritualitas Umat Beragama”. Acara ini berlangsung pada pada Jum’at, 21 November 2025, bertempat di Teatrikal Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Acara diikuti oleh mahasiswa Sosiologi Agama tentunya kegiatan ini mendapat perhatian besar dari mahasiswa karena mengangkat isu penting tentang hubungan antara spiritualitas keagamaan dan krisis lingkungan global.
Kuliah umum kali ini menghadirkan akademisi lintas kampus yang kompeten di bidang ekologi dan sosiologi agama. Mohammad Shohibuddin, S.Ag., M.Si., Dosen Fakultas Ekologi Manusia IPB University, tampil sebagai pembicara utama dan memaparkan urgensi pertobatan ekologis sebagai respons spiritual terhadap kerusakan alam. Menurutnya, krisis ekologi tidak hanya persoalan teknis, tetapi juga krisis moral dan spiritual manusia dalam memperlakukan alam. Pertobatan ekologis sejatinya menghendaki keberanian untuk kembali membumikan agama, membela kaum mustadh’afin (petani dan alam yang tertindas) dan membangun struktur penguasaan sumber daya yang adil seperti wakaf agraria.
Selanjutnya, Dr. Moh Soehadha, S.Sos., M.Hum. serta Nur Afni Khafsoh, M.Sos., keduanya Dosen Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, ikut memperkuat diskusi melalui perspektif sosiologis dan keagamaan. Keduanya menekankan pentingnya internalisasi ajaran agama dalam membangun kesadaran ekologis umat beragama, khususnya di tengah modernitas yang semakin pragmatis dan materialistik. Fenomena ekologi dilihat dari berbagai sudut pandang salah satunya eco-feminisme yang dipaparkan oleh Nur Afni Khafsoh. Feminisme dalam pandangan Vandana Shiva kesamaan alam dengan perempuan diidentikkan sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi. Globalisasi sebagai bentuk kolonialisasi baru pada model industri skala besar dan mengabaikan keseimbangan ekosistem yang dapat menghilangkan pengetahuan tradisional secara turun temurun lintas generasi.
Acara dipandu oleh Bayu Firdaus, mahasiswa Sosiologi Agama angkatan 2025, yang berhasil menjaga dinamika diskusi tetap hidup melalui sesi interaktif. Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi dengan banyaknya pertanyaan serta refleksi kritis mengenai peran agama dalam menghadapi krisis lingkungan.Selain pengetahuan akademik, kuliah umum ini juga mengajak peserta untuk mengembangkan etika ekologis dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini bahkan mendorong budaya ramah lingkungan dengan ajakan sebagai simbol kecil komitmen ekologis dalam aktivitas akademik.
Melalui penyelenggaraan kuliah umum ini, Laboratorium Sosiologi Agama berharap tercipta ruang pembelajaran kritis yang tidak hanya membangun wawasan teoretis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran praktis mengenai pentingnya menjaga keberlanjutan alam sebagai bentuk implementasi nilai keagamaan.